Tuesday, December 27, 2022

SETIAP UJIAN ADALAH JALAN ALLAH



Terkadang, kita semua butuh air mata.Bukan utk menunjukkan diri kita lemah, tapi tersebab kita adalah manusia biasa.

Karena memang tak selamanya keadaan akan baik2 saja. Satu waktu memang air mata itu harus jatuh, agar keheningan hati kembali utuh.


Kita memang butuh gagal, butuh kecewa, agar hati kita bisa  tertempa menjadi lebih utuh.

Sebab hati yg pernah ricuh, pernah menelan sakit adalah hati yg kelak akan bisa melewati badai kehidupan sesulit apapun itu.

Yang terpenting kita selalu memupuk harap, bahwa segala hal pasti punya waktu selesainya, hanya harus bersabar & berikhlas lebih.


Sabar dan ikhlas adalah sebaik2 penyelesaian masalah, karena ujung dari kesabaran dan keikhlasan  tdk lain kecuali kebaikan.

Setiap ujian adalah jalan Allah, utk memperkuat pundak2 para hambaNya.


Semoga Allah kuatkan langkah2 kaki kecil kita dlm menapaki jalan kebaikan ini.


Semoga kita adalah sekuat2nya jiwa yg tak patah meski sedang berada di titik terendah.


اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ


Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut: 2)


Karena Yang membuat kita sengsara bukan karena kurangnya harta. Yang menjadikan kita nelangsa bukan karena tiadanya karunia. Yang menyebabkan kita sengsara lagi nelangsa adalah tidak bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang ada (qana'ah). Lalu, pada saat yang sama, kita menginginkan apa yang ada di tangan orang lain.


Maka, Rasulullah saw. mengajarkan, "Sungguh beruntung seorang Muslim yang diberi rezeki secukupnya dan Allah membuatnya rela dengan pemberian-Nya itu." (HR Muslim)


Maka, yang paling nikmat bukan saat ada harta dalam genggaman, atau sehatnya badan, atau promosi jabatan, atau dikarunia anak keturunan. Akan tetapi, yang paling nikmat dengan hadirnya semua itu adalah manakala rasa syukur kita semakin bertambah. Salah satu cirinya adalah kita semakin taat dan dekat kepada-Nya.


Bisa jadi bahagia itu sebenarnya persoalan yang sederhana. Tapi kita yang terlanjur membuatnya tampak rumit dan sulit mendapatkannya.


Bisa jadi bahagia itu sebenarnya hanya soal di mana kita letakkan standar ukuran. Di gantungan yang wajar, atau melangit di atas awan.


Saat rasa bahagia seakan nyaris tak pernah mampir di hati, coba perhatikan dengan teliti: jangan-jangan, kita patok syarat bahagia terlalu tinggi.


Semakin tinggi syarat bahagia, semakin kita butuh lebih banyak anak tangga untuk meraihnya. Kita hanya akan dibuat sibuk dengan urusan menambah anak tangga. Tenaga dan perhatian terkuras olehnya. Sedangkan bahagia yang diharapkan ternyata masih jauh di depan mata. Betapa melelahkannya.


Padahal, untuk menggapai bahagia, Allah tidak syaratkan sesuatu yang memberatkan. Allah katakan: “Sunguh jika kalian bersyukur, Kami (Allah) benar-benar akan menambah nikmat kalian.”


Bersyukur itu pada setiap keadaan. Sebab, setiap saat karunia Allah senantiasa dicurahkan. Hanya saja kita yang luput memperhatikan, akibat terlalu tinggi mematok syarat kebahagiaan.


Barangkali kita terlanjur mematok standar bahwa bahagia itu jika punya gaji puluhan juta. Bahagia itu jika punya rumah lengkap dengan kolam renangnya. Bahagia itu jika ke mana-mana naik mobil pribadi lengkap dengan sopirnya. Bahagia itu jika orang hormat dan selalu mendengar ucapan kita. Bahagia itu jika apa yang kita inginkan langsung tersedia....


Padahal, bisa jadi menggapai rasa bahagia itu sebenarnya mudah saja. Cukup turunkan syaratnya dan perbesar rasa syukur kita. Dengan begitu, hal-hal yang selama ini kita anggap biasa akan menjadi terasa lebih nikmat dan bermakna. Semakin menghayati karunia Allah Ta'ala, semakin hati kita dipenuhi semerbak bunga-bunga bahagia


Baca juga: Cara Bahagia Menurut Islam

KEJAR AKHIRAT, DUNIA DAPAT



 Kenapa kebanyakan manusia itu begitu gigihnya untuk mencari jalan-jalan agar bahagia di dunia, seakan-akan dia tidak ada perasaan capek, lelah dan letih....!?


Kenapa kebanyakan manusia mencari dunia dengan sekuat tenaganya, serta habis-habisan, padahal hal itu tdk akan dibawa oleh mereka setelah mati......!?


Namun badan terasa lemas, pikiran jadi tumpul, & keinginan pun menjadi lemah, apabila hal itu berkaitan dengan perkara kehidupan negeri akhirat yang abadi....!?


Saudaraku, apabila menginginkan dunia maka kejarlah akhirat, maka dunia akan engkau dapatkan. Bagaimana caranya ? Dengan semakin bertakwa kepada Allah yang diwujudkan dengan iman dan amal shalih yang sesuai dgn sunnah Nabi ﷺ.


Allah 'Azza wa Jalla berfirman :


"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah maka Dia pun akan mengadakan baginya jalan keluar, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tdk disangka-sangka. Dan barangsiapa yang telah bertawakkal kpd Allah, maka Dia pun akan mencukupkan (keperluan)nya & barangsiapa yang telah bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya itu kemudahan dlm urusannya" (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-4)


مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ


"Barangsiapa yg mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan dia beriman, niscaya pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (QS. An-Nahl [16]: 97)


Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :


فاز المتقون المحسنون بنعيم الدنيا والآخرة ، وحصلوا على الحياة الطيبة في الدارين


"Orang2 bertakwa dan berbuat kebaikan telah sukses mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat. Mereka memperoleh kehidupan yang baik di dua negeri, (yaitu dunia & akhirat)" (Badaa-i'ut Tafsir II/46)


Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :

"Barangsiapa yg menjadikan akhirat itu sebagai tujuannya, maka Allah pun akan menjadikan kekayaan itu berada di dlm hatinya, dan Allah akan mengumpulkan (memudahkan) baginya urusannya, dan dunia juga akan mendatanginya dalam kondisi yang hina. 


Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah pun akan menjadikan kemiskinan senantiasa ada di depan kedua matanya, dan Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali apa2 yang telah ditakdirkan untuknya..." (HR. At-Tirmidzi no. 2465, Shahihut Targhib wat Tarhiib no. 3169)


Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :


تنافسوا أيها المسلمون في أعمال الآخرة لتدركوا بذلك الدنيا والآخرة


"Wahai kaum muslimin, hendaklah kalian berlomba-lomba dalam amalan2 akhirat, agar dengan itu kalian bisa meraih dunia dan akhirat" (Adh-Dhiyaa'ul Laami' I/64)


Saudaraku, ingatlah dunia, & harta, serta tahta bukanlah segala-galanya..!!! Tetapi jadikanlah Allah & negeri akhirat adalah segala-galanya, kenapa..!!! Karena itulah sebab kebahagiaan dan keselamatanmu yang hakiki di dunia dan di akhirat...


Teladan dari Maryam

Maryam adalah seorang wanita salehah yang menjaga diri dan kehormatan.


Dialah pemuka kaum wanita di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ


“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah ﷺ, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim, 4853).


Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ


“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)


Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ ، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ


“Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing. Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176.


Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


كَمَلَ مِنَ الرِّجالِ كَثِيرٌ، ولَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّساءِ إلَّا مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرانَ، وآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وفَضْلُ عائِشَةَ علَى النِّساءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سائِرِ الطَّعامِ


“Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain ‎Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan ‎wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” ‎‎(HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431)


Baca Juga: Pelajaran dari Kisah Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, Istri Firaun, dan Maryam


Mengenal keluarga Imran

Keluarga Imran adalah keluarga mulia dalam kurun sejarah. Allah memilih mereka dibanding keluarga lainnya adalah tanda nyata keagungan mereka. Allah Ta’ala berfirman,


إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)


Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin Al-Azar bin Al-Yud… bin Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud ‘alaihis salam. Dalam bahasa Ibrani, Imran disebut dengan Imram. Dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim.


Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya.


 


Anggota keluarga Imran

Istri Imran bernama Hannah binti Faquda. Ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila. Hannah adalah seorang wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,


إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35)


 


Anak-anak Imran

Pertama: Asy-ya’


Asy-ya’ adalah putri sulung Imran. Ia dinikahi oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Dan merupakan ibu dari Nabi Yahya ‘alaihis salam. Ada juga mengatakan ia adalah bibinya Maryam, bukan saudara perempuannya.


Kedua: Maryam


Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna.


Ada juga saudara Maryam yang bernama Harun nanti akan diterangkan.


 


Sifat Maryam dalam Surah At-Tahrim

Dalam ayat terakhir dari surah At-Tahrim disebutkan,


وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ


“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)


Ia adalah wanita terhormat yang menjaga dirinya dari zina karena kesempurnaan agama dan penjagaan dirinya (‘iffah). Karenanya Allah katakan, “maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.”


Maryam disifati dengan “dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya”, menunjukkan Maryam memiliki ilmu dan makrifah. Karena membenarkan kalimat Rabb-Nya menunjukkan Maryam membenarkan semua ajaran diin dan membenarkan setiap takdir Allah. Sedangkan membenarkan kitab-kitab-Nya berarti ia mengenal kitab-Nya. Ini semua didapati dengan berilmu dan beramal.


Oleh karena itu Maryam disebut “termasuk orang-orang yang taat” yaitu al-qaanitin. Maksudnya adalah Maryam itu taat kepada Allah, terus menerus dalam ketaatan dengan penuh rasa takut dan kekhusyuan. Maka kesimpulannya Maryam itu adalah Shiddiqiyyah yaitu wanita yang sempurna dalam ilmu dan amal.


Maryam dikatakan termasuk qaanitiin, menurut Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a (hlm. 383), yang dimaksud adalah Maryam termasuk dari kaum yang qaanitin (yang taat). Ayat ini untuk menyanggah perkataan kaumnya yang menyatakan,


يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا


“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).


 


Kisah Maryam menjaga diri dari laki-laki

Berikut keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (juz kelima).


Ketika Allah telah menceritakan kisah Zakariya ‘alaihis salam, bahwa di saat kondiri masa tuanya dan kemandulan istrinya, dia diberi oleh Allah seorang anak yang pandai, suci, dan berkah. Lalu Allah menyambung firman-Nya dengan kisah Maryam yang diberikan seorang putra, yaitu ‘Isa tanpa ayah. Karena di antara kedua kisah tersebut memiliki kesesuaian dan kesamaan. Untuk itu, cerita keduanya diseiringkan (dalam surah Ali ‘Imran, surah Maryam, dan surah Al-Anbiyaa’) karena kedekatan antara keduanya dalam pengertian, agar menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan dan keagungan kerajaan-Nya serta Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.


Dalam ayat disebutkan,


وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا


“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yang dimaksud di sini adalah Maryam binti ‘Imran, dari keturunan Daud ‘alaihis salam. Beliau berada di antara keluarga suci dan baik pada kaum Bani Israil.


Sesungguhnya Allah menyebutkan kisah kelahiran Maryam dari ibunya di surah Ali ‘Imran. Sang ibu menadzarkannya sebagai muharrarah, yaitu orang yang berkhidmat di Masjid Baitul Maqdis. Di mana dahulu mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara demikian. Dalam ayat disebutkan,


فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا


“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik.” (QS. Ali Imran: 37)


Maryam tumbuh di kalangan Bani Israil dengan terhormat. Maryam adalah salah seorang wanita ahli ibadah, yang tekun ibadah lagi terkenal dan beliau adalah seorang gadis muda yang tidak bersuami. Beliau berada di dalam pemeliharaan suami saudaranya yaitu Zakariya, salah seorang Nabi dari Bani Israil serta pembesar yang dijadikan tempat bertanya dalam masalah agama. Zakariya melihat bahwa Maryam memiliki karamah yang melimpah.


Dalam surah Ali ‘Imran disebutkan,


وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ


“Dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37)


Diceritakan bahwa Zakariya mendapati di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di saat musim panas, dan menemukan buah-buahan musim panas di saat musim dingin. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam surah Ali ‘Imran. Allah yang memiliki hikmah dan dalil yang nyata menciptakan hamba dan Rasul-Nya, Isa, salah seorang Rasul agung, ‘Ulul ‘Azmi yang lima. Dalam ayat ini Allah menerangkan,


إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا


“Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yaitu Maryam mengasingkan dan menjauhkan diri dari mereka serta pergi ke arah timur masjid Baitul Maqdis. Mereka orang-orang Nasrani menjadikan tempat lahirnya Isa sebagai kiblat.


Lalu disebutkan,


فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا


“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17). Yaitu Maryam menutup diri dari mereka, lalu Allah mengutus Jibril kepada Maryam, datang dalam bentuk manusia sempurna.


Lalu apa yang dilakukan oleh Maryam? Lihat lanjutan ayat,


قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا


“Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa’.” (QS. Maryam: 18). Maryam cuma mengira kalau nantinya malaikat tersebut mengganggu dirinya.


Ketika membaca kisah Maryam ini, Abu Wail berkata,


قَدْ عَلِمَتْ أَنَّ التَّقِيَّ ذُوْ نُهْيَةٍ حَيْنٍ


“Maryam itu tahu bahwa orang bertakwa itu mengerti ada batasan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:215-216)


Jibril pun menjawab bahwa ia bukanlah lelaki seperti yang Maryam duga. Jibril mengatakan bahwa ia adalah utusan Allah sebagaimana dalam ayat,


قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا


“Ia (jibril) berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci’.” (QS. Maryam: 19)


Jawaban Maryam,


قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا


“Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’” (QS. Maryam: 20). Al-baghyu dalam ayat maksudnya adalah pezina. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan larangan untuk mahar al-baghyu (upah pelacur).


Lalu ayat selanjutnya menyebutkan,


قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ ۖ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا ۚ وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا


“Jibril berkata: ‘Demikianlah’. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’” (QS. Maryam: 21)


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam tanpa ayah dan ibu. Allah menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita. Lalu Allah menciptakan seluruh keturunannya dari laki-laki dan wanita, kecuali ‘Isa ‘alaihis salam yang diciptakan dari wanita tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah empat cara adanya keturunan yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah dan keagungan kewenangan Allah. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan tidak ada Rabb selain-Nya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:216)


 


Keadaan Maryam ketika melahirkan Isa

Menurut pendapat yang masyhur dari jumhur (mayoritas) ulama, Maryam itu hamil sembilan bulan seperti umumnya wanita. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 217.


Tentang kehamilan Maryam disebutkan dalam ayat,


فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا


“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS. Maryam: 22). Jibril meniupkan ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji, sehingga ia mengandung anak dengan izin Allah Ta’ala. Ketika ia hamil, ia merasa kesulitan, tidak tahu apa yang harus dikatakan pada orang-orang. Karena orang-orang pasti tidak akan percaya ceritanya padahal ia bercerita dengan jujur. Maryam lalu ingin menceritakan perihal dirinya pada saudara perempuannya (istri Nabi Zakariya). Ketika bertemu saudaranya, ia pun hamil. Kemudian saudaranya melihat bahwa bayi dalam perutnya menghormati dan tunduk pada bayi yang ada dalam perut Maryam. Di mana syariat sebelum Islam untuk menghormati disyariatkan untuk sujud ketika mengucapkan salam. Namun dalam syariat kita hal seperti ini sudah terlarang, hanya boleh dilakukan pada Allah Ta’ala untuk mengagungkan Allah.


Yang dialami Maryam selanjutnya,


فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا


“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan“.” (QS. Maryam: 23). Tempat lahirnya Isa ini adalah di Bait lahm (Betlehem). Banyak yang mengakui demikian, termasuk pula orang-orang Nashrani.


Catatan:


Pertama: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin menyatakan bahwa pernyataan tempatnya di Bait lahm adalah berita dari Ahli Kitab. Lihat tahqiq Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:218.


Kedua: Bolehkah berdoa meminta mati?


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Banyak hadits menunjukkan larangan berangan-angan untuk mati kecuali ketika menghadapi cobaan yang berat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:219)


Dalam ayat disebutkan,


تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ


“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101)


Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي


“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari, no. 6351 dan Muslim, no. 2680)


Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ


“Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah berdoa meminta mati sebelum datang waktunya.” (HR. Muslim, no. 2682)


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa dengan lafadz tersebut dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu,


اللهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ، وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ، أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي


“Ya Allah, dengan ilmu ghaib-Mu dan kekuasaanmu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa kehidupan itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik untukku…” (HR. Ahmad, 4:264. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).


 


Maryam puasa bicara

Jibril kemudian memanggil Maryam dari tempat yang rendah sebagaimana disebutkan dalam ayat,


فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا


“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam: 24).


Kemudian Maryam disuruh untuk meraih pangkal kurma ke arahnya. Mujahid berkata bahwa pohon tersebut adalah kurma ‘Ajwah. Dalam ayat disebutkan,


وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا


“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 25)


فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا


“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini’.” (QS. Maryam: 26). Shaum (puasa) yang dimaksudkan Maryam—menurut Anas bin Malik—adalah diam. Karena dahulu dalam syariat mereka, namanya shaum (puasa) adalah tidak makan dan tidak berbicara.


 


Komentar kaumnya yang melihat Maryam dengan putranya

Kaumnya komentar saat melihat Maryam dengan putranya Isa,


فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا


“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (QS. Maryam: 27)


Lalu disebutkan,


يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا


“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).


Yang dimaksud “wahai saudara perempuan Harun” adalah Harun saudara Musa. Karena Maryam berasal dari keturunan Harun. Ada juga pendapat lain yang mengatakan Harun di sini adalah laki-laki saleh karena sifat Maryam sama dengannya yaitu zuhud dan rajin ibadah. Lihat berbagai pendapat dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:223-224.


Sedangkan Syaikh As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 517) menyatakan bahwa saudara Maryam ada yang bernama Harun, dan orang-orang dulu sudah terbiasa memakai nama para nabi. Dan tidak mungkin yang dimaksud adalah Harun saudaranya Musa karena antara mereka melewati kurun waktu yang panjang.


Maryam ketika dituduh telah berzina karena ia sedang puasa dari berbicara, maka ia cukup berisyarat pada putranya Isa. Dalam ayat disebutkan,


فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا


“maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (QS. Maryam: 29)


Baca Juga: Awal Kisah Aisyah Dituduh Selingkuh


Putranya Isa pun menjawab,


قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا


“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (QS. Maryam: 30)


وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا


“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)


وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا


“dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)


وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا


“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)


Adapun maksud ayat “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” adalah Isa melakukan amar makruf nahi mungkar di mana saja ia berada.


Sebagian salaf berkata,


لاَ تَجِدُ أَحَدًا عَاقًّا لِوَالِدَيْهِ إِلاَّ وَجَدْتَهُ جَبَّارًا شَقِيًّا، ثُمَّ قَرَأَ: { وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا }


“Tidaklah engkau dapati seseorang durhaka pada kedua orang tuanya melainkan engkau dapati ia adalah orang sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah, ‘dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)


Qatadah berkata, telah diceritakan kepada kami bahwa seorang wanita pernah melihat Isa bin Maryam mampu menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda yang diberikan dan diizinkan oleh Allah. Wanita itu berkata, “Beruntunglah perut yang mengandungmu dan tetek yang menyusuimu.” Lalu ‘Isa menjawab, “Beruntunglah bagi orang yang membaca kitab Allah lalu mengikuti isinya dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, perawinya tsiqqah namun haditsnya mursal. Hadits ini bisa diyakinkan berasal dari hadits marfu’. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)


Jawaban Nabi Isa, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”, menunjukkan ikrar Isa bahwa ia adalah hamba Allah, ia dihidupkan, ia dimatikan, ia dibangkitkan seperti makhluk lainnya. Akan tetapi, Nabi Isa memperoleh keselamatan di saat kondisi mencekam menyelimuti hamba-hamba lainnya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)


Baca Juga: Wafatnya Khadijah dan Mulainya Rasulullah Berpoligami


Referensi:

Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.

At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi Penerbit Maktabah Makkah.


Baca juga: Perhatikan Asupan Nutrisi


TIGA KUNCI UTAMA APABILA DILAKSANAKAN OLEH MANUSIA HIDUPNYA TENANG, BAHAGIA DAN BAROKAH



Berjuta-juta jiwa telah melalang buana, mencari kebahagiaan di pucuk-pucuk dunia. Membuang harta, merebut tahta dan berburu meraih kesenangan yang akan sirna. Namun kiranya mereka lupa, kebahagiaan itu berada di dalam dada...


Pusatnya kebahagiaan itu terletak pada hati, dan apabila dia telah dipenuhi oleh cahaya keimanan sesuai petunjuk Allah dan Rasul ﷺ, maka seseorang itu pasti akan berbahagia di dunia dan di akhirat...


Imam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata :


وإذا حصل مع ‎التوحيد الإستغفار حصَل للعبد غِناه وسعادته وزال عنه ما يُعذّبه         


"Jika tauhid dan istighfar terwujud, maka seorang hamba akan mendapatkan dari kekayaannya dan kebahagiaannya, serta akan hilang darinya segala perkara yang menyiksanya" (Majmuu'ul Fataawa I/56)


Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :


‏السعادة بثلاث  شكر النعمة ‏والصبر على البلاء والتوبة من الذنب


"Kebahagiaan akan terwujud dengan tiga perkara, yaitu mensyukuri nikmat, sabar dalam menghadapi ujian, dan taubat dari dosa" (Al-Waabil ash-Shoyyib 11)


Ketika seseorang senantiasa mengingat Allah, hatinya lembut, mudah melakukan ketaatan, & perbuatannya sesuai dengan Sunnah Nabi ﷺ, mampu berakhlak yang mulia dll, maka itulah diantara tanda2 kebahagiaan yang hakiki...


Selama tujuan hidupnya semata-mata untuk Allah, dan hidup pun untuk meraih keridhaan-Nya, maka kebahagiaan tidak akan pernah meninggalkan diri, dan rasa kegelisahan tak akan menemani, dan hal itu akan dirasakan & disaksikan sendiri...


Dialah yang selalu memiliki 1000 alasan untuk menemukan kekurangan kita, dialah yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari kejelekan kita, dan dialah yang telah menghabiskan sisa usianya dengan menceritakan aib kita.


Tidak perlulah kita sakit hati dengannya, akui saja jika memang kita ini manusia yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan. Bahkan coba jika kita renungkan, aib yang nampak dan dibuka oleh mereka itu masih jauh lebih sedikit, dibandingkan dengan aib-aib yang telah Allah tutupi selama ini.


Jika sudah begitu, kita tidak akan lagi merasa sakit hati kepada si pembenci, apalagi hingga terlintas untuk membalas, dengan membuka aib yang kita ketahui ada padanya.


Ketahuilah, sesungguhnya pembencimu adalah dia, yang selalu memiliki waktu untuk memperhatikan segala tingkah laku kita, dialah yang mampu mengoreksi hasil kinerja kita. Meski dengan cara pandang yang berbeda.


Allah 'Azza wa Jalla berfirman :


اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوْبٰى لَهُمْ وَحُسْنُ مَاٰبٍ


"Orang-orang yang beriman serta telah berbuat kebajikan, mereka itu mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (Surga)" (QS. Ar-Ra'du [13]: 29)



1.Jangan Pernah membenci siapapun (siapa tahu yang kita benci suatu saat kita butuhkan)

2.Jangan Gampang Mencela Orang (siapa tahu yang kita cela ternyata kekasih Allah)

3. Jangan Gampang sakit hati hanya karena di dholimi orang ( siapa tahu memang dengan cara itulah Allah mengangkat DERAJAT kita).



۞اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد۞



JAUHILAH TUJUH DOSA YANG MEMBINASAKAN



 Mohonlah Selalu Hidayah Agar Tak Salah Langkah


Tidak ada sosok yang paling berilmu, paling bertakwa, paling mendapat petunjuk, melebihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan tetapi beliau selalu berdoa,


اللَّهُمَّ إِنِي أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعفَافَ والغنَى


(Allaahumma inni as'alukal huda wat tuqa wal 'afaaf wal ghina)

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah tawfiq, ketakwaan, keterjagaan, dan hati yang kaya." 

(HR. Muslim 2721)

Rasulullahshallallahu'alaihi wa sallam bersabda,


اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ


“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya : Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang membinasakan itu? Beliau bersabda :


1️⃣ Menyekutukan ALLAH ,


2️⃣ Sihir,


3️⃣ Membunuh jiwa yang ALLAH haramkan kecuali dengan hak,


4️⃣ Memakan riba’,


5️⃣ Memakan harta anak yatim,


6️⃣ Lari dari medan jihad ketika dua pasukan telah saling berhadapan,


7️⃣ Menuduh berzina kepada wanita baik-baik lagi beriman serta tidak tahu menahu (dengan zina tersebut).”


 [ 📚 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ]


Hidayah yaitu petunjuk berupa ilmu dan tawfiq. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memohon kepada Allah agar ditambahkan ilmu serta tawfiq yakni petunjuk untuk mengamalkan ilmunya.


Hakikat takwa sebagaimana yang dikatakan Thalq bin Habib (ulama generasi tabiin) yaitu amalan ketaatan kepada Allah di atas cahaya Allah dan mengharap pahala Allah, serta meninggalkan kedurhakaan kepada Allah di atas cahaya Allah dan takut dari azab Allah. 


Takwa juga tidak menganggap diri lebih baik dari orang lain sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Umar.

Keterjagaan yaitu dari segala perkara yang tidak diizinkan oleh syariat dan menahan diri darinya.

(Syarh Shahih Muslim 17/63)


Hati yang kaya berupa qanaah yaitu ridha atas pemberian Allah, selalu merasa cukup, kaya jiwa dan lapang dada.


Selama hayat masih dikandung badan setiap kita butuh kepada hidayah Allah dan tawfiq dari-Nya karena tidak ada seorangpun yang dapat menjamin dirinya istiqamah di atas ilmu dan takwa. 


SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN PERBANYAKLAH BERBUAT KEBAIKAN


🎙Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin رحمه الله تعالئ berkata,


ما من ميت يموت إلا ندم، إن كان محسنا ندم ألا يكون ازداد، وإن كان مسيئا ندم ألا يكون استعتب أنقذ نفسك ما دمت في زمن الإمهال، كل شيء بيديك الآن، إن كنت ظالما لأحد تستطيع أن تستحله من مظلمته أو تردها عليه، إن كنت مسرفا على نفسك في ما بينك وبين ربك يمكنك أن تنقذ نفسك من هذا الإسراف فحاسب نفسك أيها الأخ.


“Tidaklah setiap orang yang meninggal melainkan dia akan menyesal. Jika dia orang yang selalu berbuat kebaikan, ia akan menyesali kenapa tidak menambah amal shalihnya. Jika ia orang yang selalu berbuat kejelekan, ia akan menyesali kenapa dahulu tidak mengambil pelajaran. Maka selamatkan dirimu selama engkau masih diberi kesempatan, saat ini semuanya ada di tanganmu..


Jikalau engkau pernah berbuat zalim terhadap seseorang, maka engkau dapat meminta kerelaan dari kezaliman tersebut atau mengembalikan haknya..


Jikalau engkau orang yang melampaui batas terhadap dirimu terhadap perkara yang dilakukan antara dirimu dan Rab-mu, maka  engkau dapat menyelamatkan dirimu dari hal ini (dengan bertaubat). Maka segeralah introspeksi dirimu wahai saudaraku!".


Syaikh Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baz mengingatkan,


فأنت بحاجة إلى الهداية لو كنت أتقى الناس ولو كنت أعلم الناس أنت بحاجة إلى الهداية حتى تموت


"Sungguh engkau sangat membutuhkan hidayah Allah sekalipun engkau orang yang paling berilmu dan paling bertakwa, engkau tetap membutuhkan hidayah Allah hingga ajalmu tiba." 



لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ


“*Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” *

📖(QS. Al-Mumtahah: 8)


Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan, 

“Allah tidak melarang kalian untuk 
▫️berbuat baik, 
▫️menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan ,
▫️ berbuat adil kepada orang-orang musyrik, 
▫️baik dari keluarga kalian dan orang lain. 

Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian.


Baca juga: AMALAN PAGI DAN SORE SUPAYA DIBERI KEBAIKAN SEPANJANG HARI

KISAH MARYAM HINGGA NABI ISA LAHIR


 M𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢


Oleh :

Syanira Anyala Rosefika


■ TELADAN DARI MARYAM

Maryam adalah seorang wanita salehah yang menjaga diri dan kehormatan.


Dialah pemuka kaum wanita di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ


Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah ﷺ, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim, 4853).


Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ


Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)


Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


خَيْرُ نِسَائِهَا مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ ، وَخَيْرُ نِسَائِهَا خَدِيجَةُ


Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing. Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176.


Dari Abu Musa radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


كَمَلَ مِنَ الرِّجالِ كَثِيرٌ، ولَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّساءِ إلَّا مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرانَ، وآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وفَضْلُ عائِشَةَ علَى النِّساءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ علَى سائِرِ الطَّعامِ


Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain ‎Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan ‎wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” ‎‎(HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431).


■ MENGENAL KELUARGA IMRAN

Keluarga Imran adalah keluarga mulia dalam kurun sejarah. Allah memilih mereka dibanding keluarga lainnya adalah tanda nyata keagungan mereka. Allah Ta’ala berfirman,


إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)


Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin Al-Azar bin Al-Yud… bin Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud ‘alaihis salam. Dalam bahasa Ibrani, Imran disebut dengan Imram. Dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim.


Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya.


■ ANGGOTA KELUARGA IMRAN

Istri Imran bernama Hannah binti Faquda. Ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila. Hannah adalah seorang wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,


إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35).


■ ANAK-ANAK IMRAN

Pertama: Asy-ya’

Asy-ya’ adalah putri sulung Imran. Ia dinikahi oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Dan merupakan ibu dari Nabi Yahya ‘alaihis salam. Ada juga mengatakan ia adalah bibinya Maryam, bukan saudara perempuannya.


Kedua: Maryam

Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna.


Ada juga saudara Maryam yang bernama Harun nanti akan diterangkan.


■ SIFAT MARYAM DALAM SURAH AT-TAHRIM

Dalam ayat terakhir dari surah At-Tahrim disebutkan,


وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ


Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)


Ia adalah wanita terhormat yang menjaga dirinya dari zina karena kesempurnaan agama dan penjagaan dirinya (‘iffah). Karenanya Allah katakan, “maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.”


Maryam disifati dengan dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, menunjukkan Maryam memiliki ilmu dan makrifah. Karena membenarkan kalimat Rabb-Nya menunjukkan Maryam membenarkan semua ajaran diin dan membenarkan setiap takdir Allah. Sedangkan membenarkan kitab-kitab-Nya berarti ia mengenal kitab-Nya. Ini semua didapati dengan berilmu dan beramal.


Oleh karena itu Maryam disebut termasuk orang-orang yang taat yaitu al-qaanitin. Maksudnya adalah Maryam itu taat kepada Allah, terus menerus dalam ketaatan dengan penuh rasa takut dan kekhusyuan. Maka kesimpulannya Maryam itu adalah Shiddiqiyyah yaitu wanita yang sempurna dalam ilmu dan amal.


Maryam dikatakan termasuk qaanitiin, menurut Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a (hlm. 383), yang dimaksud adalah Maryam termasuk dari kaum yang qaanitin (yang taat). Ayat ini untuk menyanggah perkataan kaumnya yang menyatakan,


يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا


Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).


■ KISAH MARYAM MENJAGA DIRI DARI LAKI-LAKI

Berikut keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (juz kelima).


Ketika Allah telah menceritakan kisah Zakariya ‘alaihis salam, bahwa di saat kondiri masa tuanya dan kemandulan istrinya, dia diberi oleh Allah seorang anak yang pandai, suci, dan berkah. Lalu Allah menyambung firman-Nya dengan kisah Maryam yang diberikan seorang putra, yaitu ‘Isa tanpa ayah. Karena di antara kedua kisah tersebut memiliki kesesuaian dan kesamaan. Untuk itu, cerita keduanya diseiringkan (dalam surah Ali Imran, surah Maryam, dan surah Al-Anbiyaa’) karena kedekatan antara keduanya dalam pengertian, agar menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan dan keagungan kerajaan-Nya serta Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.


Dalam ayat disebutkan,


وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا


Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yang dimaksud di sini adalah Maryam binti ‘Imran, dari keturunan Daud ‘alaihis salam. Beliau berada di antara keluarga suci dan baik pada kaum Bani Israil.


Sesungguhnya Allah menyebutkan kisah kelahiran Maryam dari ibunya di surah Ali ‘Imran. Sang ibu menadzarkannya sebagai muharrarah, yaitu orang yang berkhidmat di Masjid Baitul Maqdis. Di mana dahulu mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara demikian. Dalam ayat disebutkan,


فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا


Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik.” (QS. Ali Imran: 37)


Maryam tumbuh di kalangan Bani Israil dengan terhormat. Maryam adalah salah seorang wanita ahli ibadah, yang tekun ibadah lagi terkenal dan beliau adalah seorang gadis muda yang tidak bersuami. Beliau berada di dalam pemeliharaan suami saudaranya yaitu Zakariya, salah seorang Nabi dari Bani Israil serta pembesar yang dijadikan tempat bertanya dalam masalah agama. Zakariya melihat bahwa Maryam memiliki karamah yang melimpah.


Dalam surah Ali ‘Imran disebutkan,


وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ


Dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini? Maryam menjawab: Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37)


Diceritakan bahwa Zakariya mendapati di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di saat musim panas, dan menemukan buah-buahan musim panas di saat musim dingin. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam surah Ali ‘Imran. Allah yang memiliki hikmah dan dalil yang nyata menciptakan hamba dan Rasul-Nya, Isa, salah seorang Rasul agung, ‘Ulul Azmi yang lima. Dalam ayat ini Allah menerangkan,


إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا


Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yaitu Maryam mengasingkan dan menjauhkan diri dari mereka serta pergi ke arah timur masjid Baitul Maqdis. Mereka orang-orang Nasrani menjadikan tempat lahirnya Isa sebagai kiblat.


Lalu disebutkan,


فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا


Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17). Yaitu Maryam menutup diri dari mereka, lalu Allah mengutus Jibril kepada Maryam, datang dalam bentuk manusia sempurna.


Lalu apa yang dilakukan oleh Maryam? Lihat lanjutan ayat,


قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا


Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa’.” (QS. Maryam: 18). Maryam cuma mengira kalau nantinya malaikat tersebut mengganggu dirinya.


Ketika membaca kisah Maryam ini, Abu Wail berkata,


قَدْ عَلِمَتْ أَنَّ التَّقِيَّ ذُوْ نُهْيَةٍ حَيْنٍ


Maryam itu tahu bahwa orang bertakwa itu mengerti ada batasan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:215-216)


Jibril pun menjawab bahwa ia bukanlah lelaki seperti yang Maryam duga. Jibril mengatakan bahwa ia adalah utusan Allah sebagaimana dalam ayat,


قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا


Ia (jibril) berkata: Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci’.” (QS. Maryam: 19)


Jawaban Maryam,


قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا


Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’” (QS. Maryam: 20). Al-baghyu dalam ayat maksudnya adalah pezina. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan larangan untuk mahar al-baghyu (upah pelacur).


Lalu ayat selanjutnya menyebutkan,


قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ ۖ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا ۚ وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا


Jibril berkata: ‘Demikianlah’. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’” (QS. Maryam: 21)


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Allah Ta’ala menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam tanpa ayah dan ibu. Allah menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita. Lalu Allah menciptakan seluruh keturunannya dari laki-laki dan wanita, kecuali Isa alaihis salam yang diciptakan dari wanita tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah empat cara adanya keturunan yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah dan keagungan kewenangan Allah. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan tidak ada Rabb selain-Nya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:216)


■ KEADAAN MARYAM KETIKA MELAHIRKAN ISA

Menurut pendapat yang masyhur dari jumhur (mayoritas) ulama, Maryam itu hamil sembilan bulan seperti umumnya wanita. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 217.


Tentang kehamilan Maryam disebutkan dalam ayat,


فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا


Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS. Maryam: 22). Jibril meniupkan ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji, sehingga ia mengandung anak dengan izin Allah Ta’ala. Ketika ia hamil, ia merasa kesulitan, tidak tahu apa yang harus dikatakan pada orang-orang. Karena orang-orang pasti tidak akan percaya ceritanya padahal ia bercerita dengan jujur. Maryam lalu ingin menceritakan perihal dirinya pada saudara perempuannya (istri Nabi Zakariya). Ketika bertemu saudaranya, ia pun hamil. Kemudian saudaranya melihat bahwa bayi dalam perutnya menghormati dan tunduk pada bayi yang ada dalam perut Maryam. Di mana syariat sebelum Islam untuk menghormati disyariatkan untuk sujud ketika mengucapkan salam. Namun dalam syariat kita hal seperti ini sudah terlarang, hanya boleh dilakukan pada Allah Ta’ala untuk mengagungkan Allah.


Yang dialami Maryam selanjutnya,


فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا


Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan“.” (QS. Maryam: 23). Tempat lahirnya Isa ini adalah di Bait lahm (Betlehem). Banyak yang mengakui demikian, termasuk pula orang-orang Nashrani.


Catatan:

Pertama: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin menyatakan bahwa pernyataan tempatnya di Bait lahm adalah berita dari Ahli Kitab. Lihat tahqiq Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:218.


Kedua: Bolehkah berdoa meminta mati?

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Banyak hadits menunjukkan larangan berangan-angan untuk mati kecuali ketika menghadapi cobaan yang berat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:219)


Dalam ayat disebutkan,


تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ


Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101)


Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لِي


Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari, no. 6351 dan Muslim, no. 2680)


Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ


Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah berdoa meminta mati sebelum datang waktunya.” (HR. Muslim, no. 2682)


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa dengan lafadz tersebut dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu,


اللهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ، وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ، أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي


Ya Allah, dengan ilmu ghaib-Mu dan kekuasaanmu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa kehidupan itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik untukku…” (HR. Ahmad, 4:264. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).


■ MARYAM PUASA BICARA

Jibril kemudian memanggil Maryam dari tempat yang rendah sebagaimana disebutkan dalam ayat,


فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا


Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam: 24).


Kemudian Maryam disuruh untuk meraih pangkal kurma ke arahnya. Mujahid berkata bahwa pohon tersebut adalah kurma ‘Ajwah. Dalam ayat disebutkan,


وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا


Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 25)


فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا


Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini’.” (QS. Maryam: 26). Shaum (puasa) yang dimaksudkan Maryam—menurut Anas bin Malik—adalah diam. Karena dahulu dalam syariat mereka, namanya shaum (puasa) adalah tidak makan dan tidak berbicara.


■ KOMENTAR KAUMNYA YANG MELIHAT MARYAM DENGAN PUTRANYA

Kaumnya komentar saat melihat Maryam dengan putranya Isa,


فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا


Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (QS. Maryam: 27)


Lalu disebutkan,


يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا


Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).


Yang dimaksud wahai saudara perempuan Harun adalah Harun saudara Musa. Karena Maryam berasal dari keturunan Harun. Ada juga pendapat lain yang mengatakan Harun di sini adalah laki-laki saleh karena sifat Maryam sama dengannya yaitu zuhud dan rajin ibadah. Lihat berbagai pendapat dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:223-224.


Sedangkan Syaikh As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 517) menyatakan bahwa saudara Maryam ada yang bernama Harun, dan orang-orang dulu sudah terbiasa memakai nama para nabi. Dan tidak mungkin yang dimaksud adalah Harun saudaranya Musa karena antara mereka melewati kurun waktu yang panjang.


Maryam ketika dituduh telah berzina karena ia sedang puasa dari berbicara, maka ia cukup berisyarat pada putranya Isa. Dalam ayat disebutkan,


فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا


Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (QS. Maryam: 29)


Putranya Isa pun menjawab,


قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا


Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (QS. Maryam: 30)


وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا


Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)


وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا


Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)


وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا


Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)


Adapun maksud ayat dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” adalah Isa melakukan amar makruf nahi mungkar di mana saja ia berada.


Sebagian salaf berkata,


لاَ تَجِدُ أَحَدًا عَاقًّا لِوَالِدَيْهِ إِلاَّ وَجَدْتَهُ جَبَّارًا شَقِيًّا، ثُمَّ قَرَأَ: { وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا }


Tidaklah engkau dapati seseorang durhaka pada kedua orang tuanya melainkan engkau dapati ia adalah orang sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah, ‘dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)


Qatadah berkata, telah diceritakan kepada kami bahwa seorang wanita pernah melihat Isa bin Maryam mampu menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda yang diberikan dan diizinkan oleh Allah. Wanita itu berkata, Beruntunglah perut yang mengandungmu dan tetek yang menyusuimu.” Lalu ‘Isa menjawab, “Beruntunglah bagi orang yang membaca kitab Allah lalu mengikuti isinya dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, perawinya tsiqqah namun haditsnya mursal. Hadits ini bisa diyakinkan berasal dari hadits marfu’. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)


Jawaban Nabi Isa, Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”, menunjukkan ikrar Isa bahwa ia adalah hamba Allah, ia dihidupkan, ia dimatikan, ia dibangkitkan seperti makhluk lainnya. Akan tetapi, Nabi Isa memperoleh keselamatan di saat kondisi mencekam menyelimuti hamba-hamba lainnya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)


Referensi:

1. Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.


2. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.


3. At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi Penerbit Maktabah Makkah.


Baca juga: PERANAN WANITA DALAM ISLAM

JANGAN MENUNDA-NUNDA BERAMAL



Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan: 

“Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.”

> Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu kalau umurnya akan panjang? 

> Kalau seandainya dia ditakdirkan panjang, apa ada jaminan dia akan sadar? 

> Atau justru akan bertambah kesesatannya?!


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:


اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ


“ Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(Qs.Luqman: 34)


Ibnul Qayyim rahimahullah  berkata: 

“ Sesung-guhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.”

(Ma’alim Fi Thariqi Thalabil ‘Ilmi hal. 32)


Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْـمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لـِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لـِمَوْتِكَ

“ Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi, janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.”

(HR. Al-Bukhari no. 6416)


> Selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. 

> Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan? 

> Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang?!

> Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menjelaskan penyesalan orang-orang kafir ketika datang kematian:

“( Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.”

(Qs.Al-Mu`minun: 99-100)


Allah azza wa Jalla berfirman tentang bagaimana Nabi Ibrahim alaihissalam ketika berdakwah kepada bapaknya,


يَٰٓأَبَتِ إِنِّى قَدْ جَآءَنِى مِنَ ٱلْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَٱتَّبِعْنِىٓ أَهْدِكَ صِرَٰطًا سَوِيًّا


“Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.”

(QS Maryam: 43)


Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan :


“Nabi Ibrahim alaihissalam tidak menyeru bapaknya yang tidak beriman dengan, wahai orang pandir aku ini lebih berilmu dibandingkan engkau. Akan tetapi beliau menggunakan ungkapan yang sangat lembut, wahai bapakku telah datang kepadaku sebahagian ilmu yang tidak datang kepada engkau.”

(Badaiul Fawaid 3/133)


Rasulullah shalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ


“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”

[HR. Muslim 2551]


Yang mereka inginkan hanyalah engkau menemani mereka, mengajak ngobrol, membawa cucu-cucu mereka untuk bermain dengan mereka. Suatu perkara yang cukup mudah dengan balasan Surga Allah.


Saudaraku, karenanya sangat celaka seseorang yang mendapati kedua orang tuanya sudah tua dan sepuh tetapi tidak masuk surga, karena tidak memanfaatkan amalan yang cukup mudah yaitu berbakti kepada mereka kemudian masuk surga.



 Al-Allamah Abdurahman bin Sa'di rahimahullah

berkata,


 "من كان قصده في دعائه التقرب إلى الله بالدعاء , وحصول مطلوبه , فهو أكمل بكثير ممن لا يقصد إلا حصول مطلوبه فقط , كحال أكثر الناس , فإن هذا نقص وحرمان لهذا الفضل العظيم."


"Barang siapa yang tujuannya dalam berdoa adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan doa dan agar dia mendapatkan keinginannya, maka hal ini jauh lebih sempurna daripada seseorang yang tujuan doanya hanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan sebagaimana keadaan kebanyakan orang, maka sungguh ini merupakan sebuah kekurangan dan kondisi terhalangnya dia untuk memperoleh keutamaan yang agung ini."


 Sahabat Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه berkata, 

اليقين أن لا ترضي الناس بسخط الله، ولا تحمد أحدا على رزق الله، ولا تلم أحدا على ما لم يؤتك الله، فإن الرزق لا يسوقه حرص حريص، ولا يرده كراهة كاره. 

"Keyakinan itu ialah engkau tidak mencari ridho manusia dengan murka Allah. Engkau tidak memuji seseorang dengan rezeki Allah. Dan engkau tidak mencela seseorang terhadap sesuatu yang tidak diberikan oleh Allah kepadamu. Karena sesungguhnya, rezeki itu tidak bisa didapatkan dengan semangat seseorang semata, dan tidak bisa pula tertolak 


Monday, December 26, 2022

Wanita dan Peranannya dalam Agama



Seorang Ulama berkata : “ Jikalau Allah menghendaki wujudnya agama didalam kehidupan suatu kaum, maka Allah swt hantarkan nabi-nabi kepada mereka dan jikalau Allah swt ingin sebarkan hidayah maka Allah swt hantar istri-istri dari nabi-nabi tersebut untuk ambil bagian dalam usaha agama.”


Kita bisa lihat sejarah dimana Nabi-nabi yang istri-istri mereka tidak ikut ambil bagian dalam kerja suami-suami mereka maka pengikutnya hanya sedikit, seperti Nabi Nuh as dan Nabi Luth as , tapi nabi-nabi yang istri-istri mereka ikut ambil bagian dalam kerja dakwah suami mereka maka hidayah turun bercurah-curah seperti Nabi Ibrahim as, Musa as, dan Rasulullah saw.


Agama bukan saja tanggung jawab kaum lelaki, tetapi kaum wanita juga mempunyai tanggung jawab yang sama terhadapi agama ini. Karena Allah swt telah membuat keputusan yang tidak berubah sejak Adam as sampai bayi yang lahir menjelang kiamat bahwa “ Kejayaan dan kebahagian manusia di dalam kehidupan dunia yang sementara maupun di akherat yang selama-lamanya ada di dalam kesempurnaan agama yaitu Iman dan Amal Sholeh. “


Oleh karena itu maka pentingnya bagi para wanita ikut juga ambil kerja atas agama, kalau wanita tidak di aktifkan dalam kerja-kerja atas agama , maka setan akan gunakan wanita untuk menghancurkan dunia. Karena tipu daya setan itu teramat lemah sebagai mana yang Allah swt firmankan “ Sesungguhnya tipu daya setan amatlah lemah “, sedangkan untuk para wanita Allah swt firmankan : “ Sesungguhnya tipu daya wanita amatlah besar “ .


Allah swt telah memuliakan wanita dengan agama-Nya. Sebagaimana Allah swt telah muliakan Khadijah r.ha. Ia merupakan manusia pertama yang menerima dan membenarkan risalah Rasulullah saw, Saat Rasulullah menerima wahyu pertama dari Allah swt , dengan segera Rasulullah saw menjumpai Khadijah r.ha dalam keadaan ketakutan dan ketidak nyamanan karena ini adalah saat pertama kali ia berjumpa Jibril as dalam bentuk yang sebenarnya. Saat beliau menggigil ketakutan , khadijah r.ha adalah orang pertama yang menenangkan dan meneduhkan beliau. Khadijah adalah orang yang pertama masuk Islam tanpa di dakwah. Khadijah lah orang pertama di dunia yang membenarkan Nabi saw.


Sekarang kita lihat orang yang pertama kali mati syahid dalam Islam. Kita semua tahu pengorbanan para sahabat Nabi dalam memperjuangkan agama mereka , mereka mengalami penyiksaan demi penyiksaan yang begitu berat, kehilangan tangan, kaki dan bahkan juga nyawa mereka. Tapi Allah swt memberikan penghargaan tertinggi kepada para wanita , sehingga Allah pilih dari kalangan wanitalah orang yang pertama kali mati syahid di dalam Islam, yaitu Sumayah r.ha. beliau syahid setelah sebelumnya Abu jahal menombak kemaluannya hingga syahid. Padahal kalau dia terima saja murtad waktu itu , maka ia akan bebas dan tetap hidup di dunia, tapi dia tetap teguh kepada keyakinannya. Sehingga Allah swt takdirkan menjadi orang yang pertama kali mati syahid dalam Islam.


Satu lagi yang Allah swt ingin tunjukan peranan wanita dalam Islam , bahwa wanita pertama dan merupakan guru hadist dari istri Rasulullah saw setelah Khadijah muncullah Aisyah r.ha. dimana beliau mengajarkan para sahabat nabi tentang hadist. Di kabarkan ada kurang lebih dua ribu hadist yang di riwayatkan oleh beliau. Dan rasanya masih banyak lagi peranan wanita di dalam Islam yang tercatat dalam sejarah tentang bagaimana para wanita pada saat itu bukan saja menerima Islam tetapi mereka siap mati untuk memperjuangkan Islam.


Dari sini patut mengambil sebuah pelajaran bahwa wanita apabila diaktifkan dalam kerja-kerja agama maka dunia akan cepat berubah dan keadaan akan membaik karena apabila hanya kaum lelaki saja yang aktif atas kerja-kerja agama , maka agama hanya sampai di pintu-pintu rumah kita , tetapi mana kala para wanita ikut ambil bagian dalam masalah ini maka , agama akan masuk kesetiap sudut dirumah kita. Wanita akan taat pada suami, wanita akan tahu bagaimana cara menghidupkan agama pada diri sendiri sehingga dengan hidupnya agama pada dirinya dia akan semakin paham bagaimana mentarbiyah anak secara Islami sehingga akan lahir generasi-generasi yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segala rasa kecintaan.


Para ulama katakan : “Rusaknya wanita karena rusaknya laki-laki, dan rusaknya laki-laki dikarenakan tidak adanya dakwah dikalangan umat sebagaimana yang pernah di buat oleh Rasulullah saw”.



1. Kedudukan Wanita dalam Ibadah 

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْضٍ


Latin: Fastajaaba lahum rabbuhum anni laa udhii'u 'amala 'aamilin minkum min dzakarin au untsaa ba'dhukum min ba'dhi “Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain” (QS. Ali-Imran: 195) 

Tafsir: Ummi Salamah pernah berkata, "Ya Rasulullah! Saya tidak mendengar Allah menyebut-nyebut perempuan sedikit pun yang berkenaan dengan hijrah." Maka turunlah ayat ini. Atas ketekunan mereka beramal baik, penuh dengan keikhlasan yang dibarengi doa yang sungguh-sungguh, maka Allah memperkenankan permohonan mereka. 


Dijelaskan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan amal seseorang yang taat dan tidak akan membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan dalam memberi pahala dan balasan, karena kedua jenis ini satu sama lain turun menurunkan, perempuan berasal dari laki-laki dan begitu juga sebaliknya.  

Oleh karena itu barang siapa hijrah, baik laki-laki maupun perempuan, diusir dari kampung halamannya, disiksa karena ia tekun di jalan Allah, memerangi musuh-musuh Allah yang akhirnya mati syahid, tewas di medan perang, pasti Allah akan menghapuskan segala kesalahannya, mengampuni dosanya dan pasti pula akan masukkan ke dalam surga, merupakan pahala dan balasan dari Dia, sebagai perwujudan doa dari permohonan yang diperkenankan-Nya.  Alangkah berbahagia mereka, memperoleh pahala dan balasan dari Allah, karena memang pahala dan balasan yang sebaik-baiknya ialah yang datang dari Allah SAW.


2. Kedudukan Wanita dalam Menuntut Ilmu 

Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu baik laki-laki maupun wanita. Kedudukan kaum wanita dalam hal pendidikan ataupun menuntut ilmu sama dengan kaum laki-laki. 

Dengan ilmu, Allah akan meninggikan derajat hamba-Nya. hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Mujadalah ayat 11.


 يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ 

Latin: Yarfa'illahul ladziina aamanu minkum walladziina uutul 'ilma daraojaatin wallaahu bimaa ta'maluuna khabiir. 

Artinya: Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadalah: 11).


Tafsir: Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya. Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

Bagi wanita, ilmu juga sangat penting baik bagi dirinya maupun anak-anaknya. Sebab, tanpa bekal ilmu mustahil wanita bisa melayani suami dan mendidik anak-anaknya dengan baik.


Mari mulai detik ini kita berniat untuk kembali menghidupkan agama pada diri kita , keluarga kita, lingkungan kita dan seluruh alam, dengan cara mengamalkan dan mendakwahkan agama semaksimal yang kita bisa dan beristigfar untuk amal-amal agama yang belum bisa kita lakukan dengan sempurna dan tidak lupa mengajak orang lain untuk juga melakukan hal yang sama. Insya Allah apabila setiap diri memiliki kesadaran tentang hal ini, kita berharap semoga Allah dengan kelembutan-Nya membuat perubahan terhadap hidup kita , …aamiin


Baca juga: PERAN MEDIA DALAM DAKWAH

Sabar adalah Ibadah


SABAR


Imam Al-Hasan al-Bashry rahimahullah berkata ;


مر عمر بن الخطاب رضي الله عنه علي مزبلة فاحتبس عندها،  فكأن أصحابه تأذوا بها، فقال: هذه دنياكم التي تحرصون عليها


"Suatu ketika Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu melewati tempat sampah kemudian berhenti sejenak di situ, seakan-akan para sahabat beliau merasa terganggu dengan bau dan sampah tersebut. Beliau pun berkata, “Ini adalah dunia kalian yang kalian berambisi terhadapnya.”


[ Sumber : Az-Zuhd karya    al-Imam Ahmad, hlm.147]

-----


Beliau ( Umar radhiyallahu

'anhu) berkata pula,


وجدنا خير عيشنا الصبر


“Kami dapati kehidupan yang terbaik bagi kami adalah kesabaran.” 


( Maksudnya, SABAR ketika menjalani ketaatan kepada Allah, sabar ketika menjauhi maksiat, dan sabar ketika tertimpa musibah )

Jika kita berkeluh kesah maka takdir Allah Ta'ala akan tetap berjalan kepada kita, sedangkan kita mendapatkan dosa.


Jika kita bersabar maka takdir Allah Ta'ala akan berjalan kepada kita, sedangkan kita mendapatkan pahala.


Imam Ath Thabrani : "barangsiapa ditimpa ujian (cobaan, kesulitan) dan ia menyembunyikannya dari org banyak & tidak suka mengeluh kepada orang banyak, maka Allah Ta'ala akan mengampuni & merahmati org tsb"


SABAR ADALAH IBADAH

Jika seseorang telah tahu bahwa sabar itu ibadah. Bahkan hal itu merupakan KEWAJIBAN...


SABAR DISEMUA KONDISI

Dijelaskan para ulama sabar ada tiga: 


"SABAR dalam meninggalkan maksiat (lalai)

SABAR dalam mengerjakan ketaatan (khususnya amalan yg wajib)  

SABAR dalam menghadapi musibah."


CARA BERSABAR

Dengan melatih diri kita agar bisa bersabar.


Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Dan barangsiapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan memberinya kesabaran"

(HR Bukhari)


WAKTU BERSABAR

Rasululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda:


"Sesungguhnya sabar itu adalah ketika pertama kali ditimpa ujian”

(HR. Bukhari)


LAMANYA BERSABAR

Sebagaimana ibadah, sabar itu sampai ajal menjemput kita; karena setiap perbuatan kita, baik itu mengerjakan atau meninggalkan sesuatu, membutuhkan sabar


KEUTAMAAN BERSABAR


Allah Ta'ala berfirman:


قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ


“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas"

(QS. Az Zumar:10)


Maka bersabarlah, untuk beribadah kepada Rabb kita, untuk menunaikan kewajiban yang diwajibkan-Nya atasmu, dan juga untuk meraih segala keutamaan dibaliknya yang dapat kita petik di dunia maupun di akhirat.


الله .. فقط احمل همًا واحدًا : كيف ترضي الله

"Janganlah kamu menanggung kebingungan dunia karena itu urusan Allah, 

Janganlah kamu menanggung kebingungan rizki karena itu dari Allah,

Janganlah kamu menanggung kebingungan masa depan karena itu kekuasaan Allah.

Yang harus kamu tanggung adalah satu kebingungan, yaitu 

Bagaimana Allah SWT Ridho kepadamu


Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad


Wallahu A'lam Bisshawab


Semoga bermanfaat 😊


Baca juga: CARA MENGENALI POTENSI DIRI





Kenapa Tauhid Di Bagi Menjadi Tiga ?



Apa yg dimaksud dengan tauhid?

    Dalam ajaran Islam, yang dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini.

Kalimat Tauhid ‘La ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah’ adalah kalimat dzikir yang paling utama dan memiliki makna mendalam. Kalimat ini mengandung keyakinan bahwa Allah lah satu-satunya Tuhan dan tidak ada Tuhan selain Dia. Dalam kalimat ini, termuat juga sebuah keimanan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah swt.


Pengertian tauhid apabila ditinjau dari segi bahasa atau etimologi merupakan bentuk kata mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu wahhada yuwahhidu wahdah yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan, dikutip dari buku Studi Ilmu Tauhid/Kalam oleh Mulyono dan Bashori.


Dengan demikian, secara bahasa pengertian tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT yang Maha Esa. Karena, arti kata tauhid adalah mengesakan, dengan dimaksud mengesakan Allah SWT adalah dzat-Nya, asma-Nya dan af’al-Nya. Jadi, ilmu tauhid mempelajari bahwa Allah SWT adalah Esa, Tunggal, Satu.


     

Tauhid terbagi menjadi 3 (Tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan Asma’ wa sifat) berdasarkan istiqra’ (penelitian menyeluruh) terhadap dalil-dalil yang ada di dalam Al-Quran dan As-Sunnah, sebagaimana ulama nahwu membagi kalimat di dalam bahasa arab menjadi 3: Isim, fi’il, dan huruf, berdasarkan penelitian menyeluruh terhadap kalimat-kalimat yang ada di dalam bahasa arab. (Lihat Kitab At-Tahdzir min Mukhtasharat Muhammad Ash-Shabuny fii At-Tafsir karangan Syeikh Bakr Abu Zaid hal: 30, cet. Darur Rayah- Riyadh )


Diantara dalil tauhid rububiyyah (pengesaan Allah dalam penciptaan, pembagian rezeki, dan pengaturan alam). Allah Ta'ala berfirman:


وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6)


Diantara dalil tauhid uluhiyyah (pengesaan Allah di dalam ibadah), Allah Ta'ala berfirman:


إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ


“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)


Dan juga Firman Allah:


قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصاً لَهُ دِينِي


Katakanlah: “Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku.” (QS. Az-Zunar: 14)


Diantara dalil tauhid asma’ wa sifat (pengesaan Allah di dalam nama-namanya yang husna (yang terbaik) dan sifat-sifat-Nya yang tinggi), Allah Ta'ala berfirman:


لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)


Dan juga firman Allah:


وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ


"Dan Allah mempunyai permisalan yang paling tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nahl: 60)


Terkumpul 3 jenis tauhid ini di dalam firman Allah:


رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً

 

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah).” (QS. Maryam: 65)



Secara teoritis, tauhid diklarifikasikan dalam tiga jenis, yakni;
Tauhid Rububiyah
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Asma’Wash-Shifat


1. Tauhid Rububiyah 
    Jenis tauhid yang pertama adalah tauhid Rubibiyah. Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah Swt, yaitu ‘Rabb’. Nama ini mempunyai beberapa arti antara lain: al-murabbi (pemelihara), an-nasir (penolong), al-malik (pemilik), al-mushlih (yang memperbaiki), as-sayyid (tuan) dan al-wali (wali). 

    Dalam terminologi syari’at Islam, istilah tauhid rububiyah berarti: “percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya”, dilansir dari Pengantar Studi Aqidah Islam oleh Muhammad Ibrahim Bin Abdullah Al-Buraikan.

Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini;
Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum. Misalnya, menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai.
Beriman kepada takdir Allah.
Beriman kepada zat Allah.

2. Tauhid Uluhiyah 

    Jenis tauhid yang kedua adalah tauhid Uluhiyah. Kata Uluhiyah diambil dari akar kata 'ilah' yang berarti 'yang disembah' dan 'yang ditaati'. Karena ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan yang batil. Pemakaian kata lebih dominan digunakan untuk menyebut sembahan yang hak sehingga maknanya berubah menjadi: Dzat yang disembah sebagai bukti kecintaan, penggunaan, dan pengakuan atas kebesaran-Nya.

Dengan demikian kata ilah mengandung dua makna: pertama adalah ibadah; kedua adalah ketaatan, dikutip dari buku Filsafat Pendidikan Islam oleh Hasan Basri.Pengertian tauhid Uluhiyah dalam terminologi syari’at Islam sebenarnya tidak keluar dari kedua makna tersebut. Maka definisinya adalah: “Mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan”.

Oleh sebab itu realisasi yang benar dari tauhid uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar; Pertama, memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT, semata tanpa adanya sekutu yang lain. Kedua, hendaklah semua ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya melakukan maksiat.

3. Tauhid Asma’Wash-Shifat

    Jenis tauhid yang ketiga adalah tauhid Asma’Wash-Shifat. Definisi tauhid al-asma wa ash-shifat artinya pengakuan dan kesaksian yang tegas atas semua nama dan sifat Allah yang sempurna, masih dikutip dari buku Pengantar Studi Aqidah Islam oleh Muhammad Ibrahim Bin Abdullah Al-Buraikan.

Allah Swt menetapkan sifat-sifat bagi diri-Nya secara rinci. Yaitu dengan menyebut bagian-bagian kesempurnaan itu satu persatu. Menetapkan sifat mendengar dan melihat bagi diri-Nya sendiri. Tetapi Allah SWT juga menafikan sifat-sifat kekurangan dari diri-Nya. Hanya saja penafikan itu bersifat umum.

Artinya, Allah SWT menafikan semua bentuk sifat kekurangan bagi dirinya yang bertentangan dengan kesempurnaan-Nya secara umum tanpa merinci satuan-satuan dari sifat-sifat kekurangan tersebut. Terkadang memang terjadi sebaliknya, yaitu bahwa Allah SWT menetapkan sifat-sifat bagi dari-Nya secara global dan merinci sifat-sifat kekurangan yang ingin dinafikan



Baca juga: