JENIS IKLAN MEDIA :
·
Iklan Konvensional
·
Iklan Konstektual (Native Advertising)
·
Iklan Advertorial
·
Iklan CPC
(Cost per Click Advertising)
1. Iklan Konvensional
Strategi pemasaran konvensional adalah pemasaran yang menggunakan iklan di media elektronik (televisi dan radio), cetak (surat kabar dan majalah), brosur, PR, events, directs sales, dan personal selling. Sebenarnya pada masa sekarang, taktik pemasaran konvensional sudah mengalami pergeseran ke proses pemasaran baru yang dianggap lebih efektif dan efisien. Seiring berjalannya waktu, dengan meningkatnya pengguna internet di kalangan masyarakat Indonesia, para pemasar harus berpikir ulang untuk menggunakan strategi pemasaran konvensional.
Bagi pemasar yang menggunakan strategi pemasaran konvensional, mungkin hal-hal tersebut sudah cukup membuat brand produk semakin dikenal dan dapat memperluas jangkauan konsumen. Namun hal ini tidak menampik bahwa strategi pemasaran konvensional kurang cocok digunakan, karena banyaknya masyarakat sekarang yang mulai beralih ke media digital
2. Iklan Kontekstual (Native Advertising)
Iklan kontekstual adalah suatu jenis iklan yang isi iklannya telah menyesuaikan diri dengan isi konten suatu blog atau website. Contohnya, Artikel blog Anda yang memberikan bahasan tentang cara membuat website ,atau cara membuat blog, cara membuat twitter atau apalah yang intinya membahas suatu tutorial, dan iklan yang muncul saat itu merupakan iklan yang relavan dengan artikel anda misalnya menampilkan iklan hosting, iklan buat website, iklan seo.dan lain lainya.
Apa manfaatnya iklan kontekstual bagi pembisnis ?
Manfaatkan / keuntungan yang didapat sebagai
advertiser adalah kemajuan promosi produk / bisnis yang ada di websitenya.
antara lain:
·
Website akan muncul di artikel publisher dan sering
dikunjungi jika kata kunci artikel yang dibaca oleh pengunjung
·
Investasi yang minimal dengan hasil yang maksimal
·
Cepat mengembalikan modal hanya dengan membayar per
klik saja untuk mendatangkan calon pembeli yang unik
·
Waktu yang digunakan sangat hemat dan efektif karena
langsung memunculkan iklan ke website yang relavan dengan konteks.
·
Jangkauan yang sangat luas, karena iklan akan tampil
dalam setiap keyword yang tertarget
· Biaya budget sangat terkendali karena kita dapat menentukan anggaran
3. Iklan Advertorial
Pengertian iklan advertorial adalah istilah
untuk iklan yang ditulis atau diproduksi dalam bentuk konten editorial.
Nantinya penulis akan memberikan kredit kepada pengiklan yang menunjukkan bahwa
iklan tersebut dibayar atau disponsori.
Advertorial mengacu pada pembuatan artikel,
halaman web, atau video khusus agar terlihat seperti konten jurnalistik yang
objektif, tetapi sebenarnya adalah iklan berbayar.
Tujuan pembuatan iklan advertorial adalah untuk memasarkan produk atau jasa perusahaan, meningkatkan reputasi, hingga memberikan opininya terkait informasi yang berguna. Jadi, sederhananya iklan advertorial adalah konten berbayar yang ada di koran, majalah, atau website yang digunakan untuk mengedukasi audiens mengenai informasi terkait produk maupun jasa yang diiklankan.
Perlu diketahui bahwa advertorial lebih detail
dibandingkan jenis iklan biasa. Sebab tujuannya adalah mengedukasi
audiens.Biasanya advertorial ditulis oleh biro iklan, agensi, atau pengiklan
tersebut, kemudian mereka membeli ruang iklan di koran, majalah, maupun
website.
Tapi tidak semua jenis koran, majalah, atau website bisa menjadi tempat yang cocok untuk advertorial. Artinya, jika Anda ingin mengedukasi seputar bisnis, maka Anda harus menempatkan advertorial di media yang memang membahas bisnis.
Jenis Iklan Advertorial
·
Iklan Jasa
·
Iklan Korporat
·
Iklan Produk
· Iklan Pemerintahan
Ciri-ciri Iklan Advertorial
·
Konten bersponsor : seperti
yang disebutkan sebelumnya, iklan advertorial adalah konten berbayar yang
dikemas dalam produk jurnalistik. Jadi, advertorial bukanlah editorial
independen.
·
Bersifat promosi : isi dari
iklan advertorial adalah umumnya untuk memberikan informasi dan penjualan
produk maupun layanan guna menciptakan brand awareness.
·
Bersifat informatif : mengandung
informasi menarik dan relevan sehingga bisa membuat audiens tertarik.
·
Bukan konten hard selling : advertorial tidak menyematkan call to action untuk mendorong audiens melakukan tindakan.
·
Iklan terselubung : sebagian
besar advertorial dikemas sebagai konten editorial biasa. Sehingga banyak
pembaca tidak menyadari bahwa konten tersebut adalah iklan.
·
Disclaimer : beberapa
iklan advertorial memberikan peringatan yang menjelaskan bahwa konten yang akan
dibaca adalah iklan, bukan konten editorial.
4. Iklan CPC (Cost per Click Advertising)
Cost per click atau CPC adalah
suatu cara yang digunakan oleh website untuk menagih jumlah biaya iklan
berdasarkan berapa kali para pengunjung melakukan kegiatan klik pada iklan
tersebut.
Berdasarkan laman
INVESTOPEDIA, CPC adalah jumlah biaya satuan yang diterima oleh pihak
penerbit website saat iklan berbayar yang terdapat di dalam websitenya diklik
oleh pengunjung.
Cara Menghitung Cost Per Click
Untuk menghitung CPC, Anda cukup membagi biaya iklan Anda dengan jumlah klik yang ada. Nah, rumus penghitungan CPC adalah sebagai berikut ini:
{CPC = total biaya iklan : total
klik}
Jadi, jika pihak pengiklan membayar iklan
sebanyak 3 juta rupiah untuk iklan yang menerima jumlah total klik 500, maka
CPC untuk iklan tersebut adalah 6 ribu rupiah.
Mengapa Mengukur CPC Itu Penting?
Manfaat yang akan bisa Anda rasakan, khususnya
para marketer, saat mengukur CPC adalah
mampu mengetahui efektivitas biaya iklan yang sudah dikeluarkan atas jumlah
pengunjung yang datang.
Manfaat lainnya yang bisa Anda rasakan saat mengukur CPC adalah Anda akan mendapatkan informasi terkait teks iklan, keyword, atau iklan banner mana saja yang dinilai efektif digunakan dalam berbagai kampanye iklan yang sudah dijalankan. Dengan informasi tersebut, nantinya Anda bisa lebih fokus dalam membuat dan menyebarluaskan materi iklan yang efektif untuk bisa mendatangkan pengunjang yang lebih berkualitas.
Lalu, Bagaimana Cara Kerja CPC?
Setidaknya ada dua model utama yang terdapat
di dalam iklan CPC, yaitu fixed priced per click atau
biaya tetap per klik, dan price per click based on bidding atau biaya per klik dengan berdasarkan penawaran. Untuk jenis fixed rate, sedari awal pihak pengiklan dan penerbit iklan akan melakukan
negosiasi terkait harga pasti dalam setiap klik yang terjadi.
Namun, jenis CPC yang paling umum digunakan
adalah price per click based on bid. Pada
metode ini, setiap pengiklan sendirilah yang menentukan harga maksimal untuk
suatu klik yang terjadi. Semakin tinggi jumlah penawaran serta skor kualitas
dari landing page, maka akan semakin
tinggi juga iklan tersebut bisa dilihat oleh calon audiens.
Average click cost atau rata-rata biaya klik memang berbeda-beda di setiap industri dan juga bisnis. Lebih dari itu, metode ini juga tergantung dari kompetisi yang terjadi di dalam industri itu sendiri. Contoh sederhananya, perusahaan yang melakukan promosi pada produk finansial atau jasa asuransi memiliki harga CPC yang sangat tinggi karena kompetisi di dalamnya yang lebih spesifik dan lebih sedikit.
Jadi, cara kerja iklan CPC adalah setiap ada
iklan yang muncul, maka sistem di dalamnya akan mulai melakukan pelelangan
secara internal dan akan menampilkan iklan yang sudah lolos kontrol kualitas
serta mempunyai penawaran harga yang lebih tinggi daripada yang lainnya.
Selain itu, iklan Anda juga akan tampil bila
ada pengguna yang mencari kata kunci yang sesuai dengan kata kunci yang sudah
Anda masukkan. Anda tidak akan dikenakan pembayaran bila iklan Anda terlihat, Anda
hanya akan dikenakan tagihan bila pengguna sudah melakukan klik pada iklan
Anda.
Cara ini diklaim sangat baik untuk setiap perusahaan, sehingga mereka bisa mengontrol anggaran iklan serta melakukan evaluasi terkait campaign iklan yang sudah dijalankan dengan berdasarkan reaksi yang dilakukan audiens.
5. Iklan Offline
Pengertian yang dipromosikan lewat media massa, televisi, majalah, dan media lainnya. Tidak hanya itu, iklan offline juga bisa di gunakan di billboard, videotron, dll.
Kelebihan dan Kekurangan Beriklan
Secara Offline
Strategi offline punya keunikan dibanding
online. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa Anda perhatikan :
•
Engagement yang tidak bisa
terukur
Jika Anda memasang iklan offline, Anda tidak bisa
mendapat laporan lengkap mengenai jumlah orang yang melihat iklan, jumlah orang
yang mengklik iklan Anda, dan berbelanja dari iklan offline tersebut.
•
Butuh dana ekstra
Iklan online hanya membutuhkan konsep
penyampaian dan desain visual. Sedangkan,
iklan offline membutuhkan banyak proses lagi hingga akhirnya sampai
ke customer. Dana yang dikeluarkan pun menjadi lebih besar.
•
Beriklan offline membuat
Anda lebih dekat dengan customer
Iklan digital sering terasa seperti template tanpa
jiwa. Iklan offline, terutama yang disampaikan secara verbal, bisa membuat
Anda lebih memahami isi iklan, karena disampaikan langsung oleh orang sungguhan.
•
Iklan offline menyebar
dari mulut ke mulut
Iklan offline memang tidak memiliki faktor SEO
(Search Engine Optimization) atau ukuran yang pasti. Namun, efeknya kadang bisa
jauh lebih sukses melebihi dari beriklan secara online. Ketika Anda
memberikan servis yang baik atau menggugah customer melalui seminar
misalnya, rekomendasi dari mulut ke mulut bisa membawa lebih banyak pelanggan.
•
Tak semua orang pengguna
internet ‘garis keras’
Masyarakat Indonesia memang sudah ‘melek’ internet, tapi
tetap saja ada generasi yang belum terpapar dunia internet. Jika usaha Anda
berkisar pada produk yang lebih cocok digunakan ibu rumah tangga, warga senior,
atau pengusaha kecil, iklan offline tentu jauh lebih efektif bukan?
Strategi Offline Marketing
yang Bisa Anda Coba
Beriklan
secara offline tidak melulu memiliki pilihan terbatas. Tak hanya
iklan visual, seperti iklan di koran atau majalah, namun ada beberapa strategi
pemasaran offline yang punya pendekatan unik.
1. Iklan visual (leaflets, banner, iklan media cetak,
atau papan reklame)
Strategi ini masih kerap digunakan sampai sekarang, karena
faktor fleksibel. Cara ini bisa digunakan sebagai ajakan, memberi info,
mengedarkan kode kupon, atau apa saja yang dibutuhkan. Penyebarannya pun juga
terdata. Anda bisa menyebarkan leaflets di area ramai yang padat
pengunjung. Bisa memasang papan reklame di dekat lampu lalu lintas yang pasti
terlihat ketika pengemudi menunggu lampu hijau. Bukan tak mungkin jika iklan
ini menarik, masyarakat akan menjadikannya viral di media sosial.
2. Kartu nama
Kalau Anda punya usaha atau jasa, sebaiknya segera membuat kartu nama. Cara ini
termasuk strategi pemasaran offline yang cukup berhasil. Jika bertemu
dengan calon customer potensial, Anda bisa menjelaskan usaha atau jasa yang
dilakukan secara langsung. Kartu nama bisa jadi pegangan mereka untuk
menghubungi Anda kembali. Pastikan mencantumkan keunggulan produk dan data
lengkap Anda pada kartu nama.
3. Sponsor di sebuah acara
Jika dana mencukupi, Anda bisa bekerja sama dengan berbagai orang untuk memberi
akses sebagai sponsor acara. Anda bisa menjadi sponsor secara besar atau hanya
mendukung melalui goodie bag. Pilihan apa pun yang diambil, nama produk
Anda akan dikenal oleh pasar yang dituju.
4. Seminar
Nah, jika ingin usaha Anda dikenal oleh mereka yang tertarik dengan industri
Anda, maka pasarkan hal ini dalam seminar atau workshop. Jadilah
pembicara tamu dan kenalkan diri, serta pengalaman Anda pada peserta. Hal ini
bisa memberi kesan yang dalam pada usaha Anda.
5. Pameran atau bazaar
Dua acara ini tentunya membuat Anda berada di satu atap yang sama dengan
pesaing usaha. Jangan langsung cemas, justru Anda bisa menjadikan ini sebagai
sebuah keuntungan. Anda bisa mengamati cara mereka menggaet pengunjung hingga
produk seperti apa yang mereka jual. Lalu, jangan lupakan juga
calon customer Anda. Pengunjung sebuah pameran atau bazaar biasanya
tertarik mendekati sebuah booth karena visualnya yang menarik.
wow... semoga berkembang media kita
ReplyDelete