Karena Harapan untuk memperbaiki politik masa depan ada pada pemuda.
Terlibat dalam politik bukan hanya menjadi kepala daerah, anggota DPR/DPRD , MPR, Presiden, atau menjadi bagian dari partai politik.
Kita bisa melihat keaktifan itu dari banyak nya demo dan kritik pedas dari anak muda kepada negara dan pemerintah,serta juga banyak anak muda yang ikut serta menjadi caleg baik DPR,DPRD,hingga pimpinan daerah maupun pusat.
Apakah ini baik? tentu baik, di era Orba misalnya, demokrasi hanya untuk satu orang saja yaitu kepala negara,diluar itu tidak ada yang namanya demokrasi, pembatas suara, penghilangan kepada mereka yang gencar mengkritik pemerintah, bahkan sekelas pemilu saja masih dibumbui oleh kecurangan.
Dan yang terpenting, partisipasi anak muda dalam Turut memberi suara untuk menentukan pilihan dalam pemilihan umum pun merupakan keterlibatan kita dalam partai politik. Secara konvensional kegiatan ini mencakup tindakan seperti, memberikan suara dalam pemilihan umum.
Kalau kaum muda bersikap apatis terhadap politik, kemudian enggan memberikan suaranya maka keputusan itu akan menentukan nasib banyak orang bukan hanya kaum muda selama 5 tahun ke depan.
Tahun 2024 semakin dekat, aroma pertarungan politik di Indonesia semakin tercium dengan jelas di berbagai media.
Untuk kaum muda atau generasi millenial, sudahkah kalian menentukan pilihan? Atau masih bersikap apatis dengan politik?
Mari kita lihat, mengapa sebagai kaum muda, kita harus terlibat dalam politik
Pilihanmu menentukan nasib semua orang 5 tahun mendatang
Partisipasi anak muda dalam demokrasi sangat penting untuk menjaga dan mengontrol jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara yang dijalankan oleh para pejabat negara. Pada zaman sekarang, anak muda cenderung aktif untuk mengontrol jalannya pemerintahan dan hal ini dibuktikan dengan anak muda yang lebih responsif terhadap adanya perubahan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun, untuk bisa menciptakan argumen yang valid pastikan juga bahwa kita sudah mengerti seluruh instrumen kebijakan sebelum kita mengkritik apa yang dilakukan oleh pemerintah.
Sebagai negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, Indonesia tentu sulit memiliki kendala tersendiri dalam mendengarkan aspirasi masyarakatnya. Wilayah yang begitu luas membuat beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah pelosok, jadi sulit dijangkau. Alhasil, masyarakat yang jauh dari ibukota pun justru jadi bersikap apatis terhadap pemerintahan dan isu-isu politik yang ada.
Apatisme adalah suatu sikap di mana tidak adanya simpati dan antusiasme terhadap sebuah objek. Apatis juga bisa diartikan sebagai sikap cuek atau tidak peduli. Jadi dapat dikatakan bahwa apatisme politik adalah rendahnya simpati dan antusiasme terhadap perkembangan politik yang berujung pada sikap tidak peduli.
Apatisme memang bukan barang baru dalam panggung perpolitikan Indonesia. Apatisme politik sudah ada sejak dulu namun baru mulai dibahas ketika masa reformasi dimulai. Hingga kini apatisme politik tetap menjadi suatu hal yang masih layak untuk dibahas. Apalagi saat ini merupakan era informasi di mana setiap orang bebas mengakses informasi dan bebas menyuarakan pendapat di media sosial.
Meskipun sekarang adalah eranya keterbukaan informasi, tapi masih banyak orang Indonesia yang tidak paham dengan situasi politik di Indonesia. Lebih parahnya lagi, bukan hanya orang awam saja yang tidak paham dengan politik tapi bahkan kalangan terpelajar seperti mahasiswa pun kadang tidak paham dengan perpolitikan di Indonesia.
Saat menghadapi pesta pemilu saja, banyak anak muda yang memutuskan untuk golput. Hal itu berarti mereka enggan untuk turut berpartisipasi dalam proses politik yang berjalan di Indonesia. Padahal satu suara saja bisa menentukan nasib bangsa ke depannya. Jika semua orang berpikiran sama, maka akan seperti apakah wajah politik Indonesia di masa depan?
Seseorang yang bersikap apatis terhadap politik dan pemerintahan juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Ada beragam dalih yang membuat seseorang memutuskan untuk golput. Tidak kenal terhadap calon dan rasa kecewa terhadap politik menjadi dalih yang paling kuat mendorong tumbuhnya sikap apatis. Bagaimana mungkin rakyat mau memilih calon pemimpin yang tidak mereka kenal? Bagaimana mungkin rakyat akan memilih calon pemimpin yang pernah membuat mereka kecewa? Jika tidak ada pilihan lain, maka golput dianggap sebagai jalan terbaik.
Sesuatu yang tidak bisa dilepaskan ketika membahas tentang partisipasi adalah golput untuk menyebut bagi pemilih yang tidak menggunakan haknya. Fenomena golput ini ada di setiap pemilihan umum. Di hampir setiap pemilihan, jumlah golput akan dianggap sehat jika jumlah golput dalam kisaran angka 30 persen, meski banyak pemilihan jumlah golputnya melampaui titik itu, mencapai kisaran 40 persen bahkan ada yang lebih.
Pada pemilu 2019, diprediksi akan banyak anak muda di Yogyakarta yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput. Seperti yang sebelumnya dikatakan, mereka semua memiliki alasannya masing-masing untuk tidak memilih.
Namun, salah satu alasan yang paling umum adalah karena mereka tidak suka dengan gaya kampanye dari calon baik itu eksekutif maupun legislatif. Untuk mengurangi angka golput ini, ada baiknya para calon mengkaji ulang strategi kampanye mereka dan mencoba untuk melakukan kampanye dengan cara yang disukai anak-anak muda.
Ambillah contoh Bambang Soepijanto. Calon DPD RI Dapil DIY yang juga ketua APKINDO (Asosiasi Panel Kayu Indonesia) ini melakukan kampanye dengan cara yang kreatif dan menarik bagi kawula muda Yogyakarta.
Tidak hanya sekedar menarik simpati masyarakat dengan mengobral janji-janji yang belum tentu ditepati di kemudian hari, Bambang Soepijanto melakukan kampanye dengan dimulai dari membagikan konten-konten edukatif. Hal tersebut bisa dilihat di akun instagram resmi Bambang Soepijanto. Melalui Instagram, Bambang memberikan konten edukatif seperti membahas isu-isu populer di Indonesia dan Yogyakarta, serta membahas tentang hal-hal terkait pemilu.
Cara yang ditempuh oleh Bambang Soepijanto dalam melakukan kampanye ini bisa jadi karena mantan Dirjen Planologi Kehutanan ini sadar bahwa kampanye di era sekarang ini tentunya harus menyesuaikan pula dengan keadaan di masyarakat. Jika masyarakat sudah jengah dengan cara kampanye yang sudah dilakukan bertahun-tahun oleh calon-calon lainnya, maka lakukanlah penyegaran dalam berkampanye dengan memanfaatkan teknologi yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Kecerdikan Bambang Soepijanto dalam berkampanye melalui media sosial ini adalah tanda bahwa Bambang Soepijanto ingin menjaga ketentraman masyarakat Yogyakarta dengan tidak melakukan kampanye yang provokatif dan mengadu domba antar rakyat DIY.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua pasti berinteraksi dengan orang lain, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi. Namun, terkadang kita tanpa sadar melakukan pelanggaran etika komunikasi yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai etika komunikasi.
Etika komunikasi dapat didefinisikan sebagai aturan atau norma yang harus diikuti dalam berkomunikasi agar tercipta hubungan yang baik dan saling menghormati antarindividu. Etika komunikasi yang baik sangat penting dalam berbagai bidang, seperti bisnis, pendidikan, dan politik. Ketika etika komunikasi dilanggar, maka dapat menimbulkan konflik dan memicu terjadinya ketidakpercayaan antarindividu.
Salah satu bentuk pelanggaran etika komunikasi yang sering terjadi adalah tidak jujur atau berbohong. Berbohong dapat merugikan orang lain, seperti ketika seseorang memberikan informasi palsu yang dapat merugikan atau menipu orang lain. Misalnya, dalam dunia bisnis, ketika seseorang memberikan informasi yang salah tentang produk atau layanan yang ditawarkan, hal ini dapat merugikan konsumen dan merusak reputasi perusahaan.
Selain itu, ketika seseorang tidak jujur dalam komunikasi, maka akan sulit bagi orang lain untuk mempercayai dan membangun hubungan yang baik dengan orang tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu jujur dalam berkomunikasi agar tercipta hubungan yang sehat dan saling menghormati.
Selain itu, bentuk pelanggaran etika komunikasi lainnya adalah bersikap tidak sopan atau tidak menghargai orang lain. Ketika seseorang tidak menghargai orang lain, maka dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan konflik dalam hubungan antarindividu. Misalnya, ketika seseorang menginterupsi pembicaraan orang lain atau memotong ucapan orang lain, hal ini dapat merusak hubungan dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang sedang berbicara.
Oleh karena itu, penting untuk selalu menghargai dan menghormati orang lain dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendengarkan dengan penuh perhatian, menghindari interupsi yang tidak perlu, dan menunjukkan sikap sopan santun dalam berkomunikasi.
Selain itu, bentuk pelanggaran etika komunikasi lainnya adalah menggunakan bahasa kasar atau tidak pantas. Ketika seseorang menggunakan bahasa kasar atau tidak pantas, hal ini dapat merusak hubungan antarindividu dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang yang berada di sekitarnya. Misalnya, ketika seseorang menggunakan kata-kata kasar dalam percakapan, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap orang lain.
Oleh karena itu, penting untuk selalu menggunakan bahasa yang sopan dan menghindari penggunaan kata-kata kasar atau tidak pantas dalam berkomunikasi. Hal ini dapat membantu menjaga hubungan yang baik antarindividu dan memperlihatkan rasa penghargaan yang tinggi terhadap orang lain.
Selain itu, pelanggaran etika komunikasi juga dapat terjadi ketika seseorang tidak mendengarkan dengan baik saat orang lain berbicara. Mendengarkan dengan baik adalah keterampilan penting dalam berkomunikasi yang tidak boleh diabaikan. Ketika seseorang tidak mendengarkan dengan baik saat orang lain berbicara, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan merusak hubungan yang terjalin.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memberikan perhatian penuh saat orang lain berbicara. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan orang lain, menghindari gangguan seperti perangkat elektronik atau gangguan lainnya, dan menanyakan pertanyaan untuk memastikan pemahaman yang benar. Dengan melakukan ini, seseorang dapat menunjukkan rasa hormat dan mendukung hubungan yang baik antarindividu.
Selanjutnya, salah satu bentuk pelanggaran etika komunikasi yang sering terjadi adalah penggunaan stereotip atau prasangka dalam komunikasi. Stereotip dan prasangka seringkali muncul ketika seseorang membuat asumsi berdasarkan faktor seperti jenis kelamin, ras, atau orientasi seksual seseorang. Penggunaan stereotip dan prasangka ini dapat merusak hubungan antarindividu dan memperlihatkan kurangnya penghargaan terhadap orang lain.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari penggunaan stereotip dan prasangka dalam komunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak membuat asumsi berdasarkan faktor seperti jenis kelamin, ras, atau orientasi seksual seseorang, dan menghindari membuat pernyataan umum yang tidak akurat atau berbahaya. Dengan melakukan ini, seseorang dapat menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain dan mendukung hubungan yang baik antarindividu.
Selain itu, pelanggaran etika komunikasi juga dapat terjadi ketika seseorang tidak memberikan kesempatan yang cukup untuk orang lain berbicara. Ini dapat terjadi ketika seseorang terlalu banyak bicara dan tidak memberikan kesempatan untuk orang lain berbicara, atau ketika seseorang memotong pembicaraan orang lain dengan interupsi yang tidak perlu.
Oleh karena itu, penting untuk selalu memberikan kesempatan yang cukup untuk orang lain berbicara dalam komunikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari terlalu banyak bicara dan memberikan ruang yang cukup untuk orang lain berbicara, serta menghindari interupsi yang tidak perlu. Dengan melakukan ini, seseorang dapat menunjukkan rasa hormat terhadap orang lain dan mendukung hubungan yang baik antarindividu.
Dalam kesimpulannya, pelanggaran untuk memberikan kesempatan yang cukup bagi orang lain untuk berbicara dalam komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga. Hal ini dapat membantu membangun hubungan yang baik antarindividu, serta menunjukkan rasa hormat dan dukungan terhadap orang lain. Oleh karena itu, dalam setiap interaksi komunikasi, kita harus berusaha untuk mendengarkan dengan baik dan memberikan kesempatan yang cukup bagi orang lain untuk berbicara, sehingga kita dapat menciptakan hubungan yang sehat dan saling menghargai.
Pilgub DKI Jakarta 2017 adalah proses mencari pemimpin Jakarta yang punya kemampuan untuk bekerja sebagai pemimpin yang amanah, mencari pemimpin yang punya komitmen untuk menciptakan kemajuan bagi daerah yang dipimpinnya.
Ini adalah bentuk demokrasi di mana seluruh penduduk Jakarta yang memiliki hak pilih dilibatkan dalam memilih siapa pemimpin yang mereka inginkan. Namun kenyataannya bukan cuma publik Jakarta yang terlibat, ajang Pilgub DKI Jakarta 2017 telah menjadi ajang pertarungan hebat ideologi nasionalis versus religius, ajang pertarungan antar koalisi partai-partai politik besar, menyita banyak perhatian publik nasional dan internasional.
Pilgub DKI Jakarta 2017 telah menjadi Pilkada paling mahal karena gejolak-gejolak politik yang terjadi di dalamnya mengarah pada perpecahan bangsa. Isu-isu SARA telah dimainkan begitu cantik, hampir tak terlihat, perangkap maut dibalik kasus dugaan penistaan agama, demo-demo yang saling menungggangi antara kepentingan politik praktis parta-partai yang haus kemenangan dan misi kelompok radikal dalam memperjuangkan ideologinya.
Proses politik Pilgub DKI Jakarta 2017 jadi begitu menarik perhatian, bersuhu tinggi, dan dijadikan alat kampanye oleh partai-partai politik, sebagai ajang uji coba dan tolok ukur guna meraih panggung politik di Pileg 2019.
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut: 2)
Karena Yang membuat kita sengsara bukan karena kurangnya harta. Yang menjadikan kita nelangsa bukan karena tiadanya karunia. Yang menyebabkan kita sengsara lagi nelangsa adalah tidak bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang ada (qana'ah). Lalu, pada saat yang sama, kita menginginkan apa yang ada di tangan orang lain.
Maka, Rasulullah saw. mengajarkan, "Sungguh beruntung seorang Muslim yang diberi rezeki secukupnya dan Allah membuatnya rela dengan pemberian-Nya itu." (HR Muslim)
Maka, yang paling nikmat bukan saat ada harta dalam genggaman, atau sehatnya badan, atau promosi jabatan, atau dikarunia anak keturunan. Akan tetapi, yang paling nikmat dengan hadirnya semua itu adalah manakala rasa syukur kita semakin bertambah. Salah satu cirinya adalah kita semakin taat dan dekat kepada-Nya.
Bisa jadi bahagia itu sebenarnya persoalan yang sederhana. Tapi kita yang terlanjur membuatnya tampak rumit dan sulit mendapatkannya.
Bisa jadi bahagia itu sebenarnya hanya soal di mana kita letakkan standar ukuran. Di gantungan yang wajar, atau melangit di atas awan.
Saat rasa bahagia seakan nyaris tak pernah mampir di hati, coba perhatikan dengan teliti: jangan-jangan, kita patok syarat bahagia terlalu tinggi.
Semakin tinggi syarat bahagia, semakin kita butuh lebih banyak anak tangga untuk meraihnya. Kita hanya akan dibuat sibuk dengan urusan menambah anak tangga. Tenaga dan perhatian terkuras olehnya. Sedangkan bahagia yang diharapkan ternyata masih jauh di depan mata. Betapa melelahkannya.
Padahal, untuk menggapai bahagia, Allah tidak syaratkan sesuatu yang memberatkan. Allah katakan: “Sunguh jika kalian bersyukur, Kami (Allah) benar-benar akan menambah nikmat kalian.”
Bersyukur itu pada setiap keadaan. Sebab, setiap saat karunia Allah senantiasa dicurahkan. Hanya saja kita yang luput memperhatikan, akibat terlalu tinggi mematok syarat kebahagiaan.
Barangkali kita terlanjur mematok standar bahwa bahagia itu jika punya gaji puluhan juta. Bahagia itu jika punya rumah lengkap dengan kolam renangnya. Bahagia itu jika ke mana-mana naik mobil pribadi lengkap dengan sopirnya. Bahagia itu jika orang hormat dan selalu mendengar ucapan kita. Bahagia itu jika apa yang kita inginkan langsung tersedia....
Padahal, bisa jadi menggapai rasa bahagia itu sebenarnya mudah saja. Cukup turunkan syaratnya dan perbesar rasa syukur kita. Dengan begitu, hal-hal yang selama ini kita anggap biasa akan menjadi terasa lebih nikmat dan bermakna. Semakin menghayati karunia Allah Ta'ala, semakin hati kita dipenuhi semerbak bunga-bunga bahagia
Kenapa kebanyakan manusia itu begitu gigihnya untuk mencari jalan-jalan agar bahagia di dunia, seakan-akan dia tidak ada perasaan capek, lelah dan letih....!?
Kenapa kebanyakan manusia mencari dunia dengan sekuat tenaganya, serta habis-habisan, padahal hal itu tdk akan dibawa oleh mereka setelah mati......!?
Namun badan terasa lemas, pikiran jadi tumpul, & keinginan pun menjadi lemah, apabila hal itu berkaitan dengan perkara kehidupan negeri akhirat yang abadi....!?
Saudaraku, apabila menginginkan dunia maka kejarlah akhirat, maka dunia akan engkau dapatkan. Bagaimana caranya ? Dengan semakin bertakwa kepada Allah yang diwujudkan dengan iman dan amal shalih yang sesuai dgn sunnah Nabi ﷺ.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman :
"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah maka Dia pun akan mengadakan baginya jalan keluar, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tdk disangka-sangka. Dan barangsiapa yang telah bertawakkal kpd Allah, maka Dia pun akan mencukupkan (keperluan)nya & barangsiapa yang telah bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya itu kemudahan dlm urusannya" (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-4)
"Barangsiapa yg mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan dia beriman, niscaya pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (QS. An-Nahl [16]: 97)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
فاز المتقون المحسنون بنعيم الدنيا والآخرة ، وحصلوا على الحياة الطيبة في الدارين
"Orang2 bertakwa dan berbuat kebaikan telah sukses mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat. Mereka memperoleh kehidupan yang baik di dua negeri, (yaitu dunia & akhirat)" (Badaa-i'ut Tafsir II/46)
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Barangsiapa yg menjadikan akhirat itu sebagai tujuannya, maka Allah pun akan menjadikan kekayaan itu berada di dlm hatinya, dan Allah akan mengumpulkan (memudahkan) baginya urusannya, dan dunia juga akan mendatanginya dalam kondisi yang hina.
Dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah pun akan menjadikan kemiskinan senantiasa ada di depan kedua matanya, dan Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan dunia tidak akan mendatanginya kecuali apa2 yang telah ditakdirkan untuknya..." (HR. At-Tirmidzi no. 2465, Shahihut Targhib wat Tarhiib no. 3169)
Imam al-'Utsaimin رحمه الله berkata :
تنافسوا أيها المسلمون في أعمال الآخرة لتدركوا بذلك الدنيا والآخرة
"Wahai kaum muslimin, hendaklah kalian berlomba-lomba dalam amalan2 akhirat, agar dengan itu kalian bisa meraih dunia dan akhirat" (Adh-Dhiyaa'ul Laami' I/64)
Saudaraku, ingatlah dunia, & harta, serta tahta bukanlah segala-galanya..!!! Tetapi jadikanlah Allah & negeri akhirat adalah segala-galanya, kenapa..!!! Karena itulah sebab kebahagiaan dan keselamatanmu yang hakiki di dunia dan di akhirat...
Teladan dari Maryam
Maryam adalah seorang wanita salehah yang menjaga diri dan kehormatan.
Dialah pemuka kaum wanita di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing. Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” (HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431)
Baca Juga: Pelajaran dari Kisah Istri Nabi Nuh dan Nabi Luth, Istri Firaun, dan Maryam
Mengenal keluarga Imran
Keluarga Imran adalah keluarga mulia dalam kurun sejarah. Allah memilih mereka dibanding keluarga lainnya adalah tanda nyata keagungan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)
Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin Al-Azar bin Al-Yud… bin Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud ‘alaihis salam. Dalam bahasa Ibrani, Imran disebut dengan Imram. Dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim.
Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya.
Anggota keluarga Imran
Istri Imran bernama Hannah binti Faquda. Ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila. Hannah adalah seorang wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,
“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35)
Anak-anak Imran
Pertama: Asy-ya’
Asy-ya’ adalah putri sulung Imran. Ia dinikahi oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Dan merupakan ibu dari Nabi Yahya ‘alaihis salam. Ada juga mengatakan ia adalah bibinya Maryam, bukan saudara perempuannya.
Kedua: Maryam
Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna.
Ada juga saudara Maryam yang bernama Harun nanti akan diterangkan.
Sifat Maryam dalam Surah At-Tahrim
Dalam ayat terakhir dari surah At-Tahrim disebutkan,
“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)
Ia adalah wanita terhormat yang menjaga dirinya dari zina karena kesempurnaan agama dan penjagaan dirinya (‘iffah). Karenanya Allah katakan, “maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.”
Maryam disifati dengan “dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya”, menunjukkan Maryam memiliki ilmu dan makrifah. Karena membenarkan kalimat Rabb-Nya menunjukkan Maryam membenarkan semua ajaran diin dan membenarkan setiap takdir Allah. Sedangkan membenarkan kitab-kitab-Nya berarti ia mengenal kitab-Nya. Ini semua didapati dengan berilmu dan beramal.
Oleh karena itu Maryam disebut “termasuk orang-orang yang taat” yaitu al-qaanitin. Maksudnya adalah Maryam itu taat kepada Allah, terus menerus dalam ketaatan dengan penuh rasa takut dan kekhusyuan. Maka kesimpulannya Maryam itu adalah Shiddiqiyyah yaitu wanita yang sempurna dalam ilmu dan amal.
Maryam dikatakan termasuk qaanitiin, menurut Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a (hlm. 383), yang dimaksud adalah Maryam termasuk dari kaum yang qaanitin (yang taat). Ayat ini untuk menyanggah perkataan kaumnya yang menyatakan,
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).
Kisah Maryam menjaga diri dari laki-laki
Berikut keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (juz kelima).
Ketika Allah telah menceritakan kisah Zakariya ‘alaihis salam, bahwa di saat kondiri masa tuanya dan kemandulan istrinya, dia diberi oleh Allah seorang anak yang pandai, suci, dan berkah. Lalu Allah menyambung firman-Nya dengan kisah Maryam yang diberikan seorang putra, yaitu ‘Isa tanpa ayah. Karena di antara kedua kisah tersebut memiliki kesesuaian dan kesamaan. Untuk itu, cerita keduanya diseiringkan (dalam surah Ali ‘Imran, surah Maryam, dan surah Al-Anbiyaa’) karena kedekatan antara keduanya dalam pengertian, agar menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan dan keagungan kerajaan-Nya serta Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yang dimaksud di sini adalah Maryam binti ‘Imran, dari keturunan Daud ‘alaihis salam. Beliau berada di antara keluarga suci dan baik pada kaum Bani Israil.
Sesungguhnya Allah menyebutkan kisah kelahiran Maryam dari ibunya di surah Ali ‘Imran. Sang ibu menadzarkannya sebagai muharrarah, yaitu orang yang berkhidmat di Masjid Baitul Maqdis. Di mana dahulu mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara demikian. Dalam ayat disebutkan,
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik.” (QS. Ali Imran: 37)
Maryam tumbuh di kalangan Bani Israil dengan terhormat. Maryam adalah salah seorang wanita ahli ibadah, yang tekun ibadah lagi terkenal dan beliau adalah seorang gadis muda yang tidak bersuami. Beliau berada di dalam pemeliharaan suami saudaranya yaitu Zakariya, salah seorang Nabi dari Bani Israil serta pembesar yang dijadikan tempat bertanya dalam masalah agama. Zakariya melihat bahwa Maryam memiliki karamah yang melimpah.
“Dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37)
Diceritakan bahwa Zakariya mendapati di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di saat musim panas, dan menemukan buah-buahan musim panas di saat musim dingin. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam surah Ali ‘Imran. Allah yang memiliki hikmah dan dalil yang nyata menciptakan hamba dan Rasul-Nya, Isa, salah seorang Rasul agung, ‘Ulul ‘Azmi yang lima. Dalam ayat ini Allah menerangkan,
“Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yaitu Maryam mengasingkan dan menjauhkan diri dari mereka serta pergi ke arah timur masjid Baitul Maqdis. Mereka orang-orang Nasrani menjadikan tempat lahirnya Isa sebagai kiblat.
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17). Yaitu Maryam menutup diri dari mereka, lalu Allah mengutus Jibril kepada Maryam, datang dalam bentuk manusia sempurna.
Lalu apa yang dilakukan oleh Maryam? Lihat lanjutan ayat,
“Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa’.” (QS. Maryam: 18). Maryam cuma mengira kalau nantinya malaikat tersebut mengganggu dirinya.
Ketika membaca kisah Maryam ini, Abu Wail berkata,
“Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’” (QS. Maryam: 20). Al-baghyu dalam ayat maksudnya adalah pezina. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan larangan untuk mahar al-baghyu (upah pelacur).
“Jibril berkata: ‘Demikianlah’. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’” (QS. Maryam: 21)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Ta’ala menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam tanpa ayah dan ibu. Allah menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita. Lalu Allah menciptakan seluruh keturunannya dari laki-laki dan wanita, kecuali ‘Isa ‘alaihis salam yang diciptakan dari wanita tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah empat cara adanya keturunan yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah dan keagungan kewenangan Allah. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan tidak ada Rabb selain-Nya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:216)
Keadaan Maryam ketika melahirkan Isa
Menurut pendapat yang masyhur dari jumhur (mayoritas) ulama, Maryam itu hamil sembilan bulan seperti umumnya wanita. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 217.
Tentang kehamilan Maryam disebutkan dalam ayat,
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS. Maryam: 22). Jibril meniupkan ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji, sehingga ia mengandung anak dengan izin Allah Ta’ala. Ketika ia hamil, ia merasa kesulitan, tidak tahu apa yang harus dikatakan pada orang-orang. Karena orang-orang pasti tidak akan percaya ceritanya padahal ia bercerita dengan jujur. Maryam lalu ingin menceritakan perihal dirinya pada saudara perempuannya (istri Nabi Zakariya). Ketika bertemu saudaranya, ia pun hamil. Kemudian saudaranya melihat bahwa bayi dalam perutnya menghormati dan tunduk pada bayi yang ada dalam perut Maryam. Di mana syariat sebelum Islam untuk menghormati disyariatkan untuk sujud ketika mengucapkan salam. Namun dalam syariat kita hal seperti ini sudah terlarang, hanya boleh dilakukan pada Allah Ta’ala untuk mengagungkan Allah.
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan“.” (QS. Maryam: 23). Tempat lahirnya Isa ini adalah di Bait lahm (Betlehem). Banyak yang mengakui demikian, termasuk pula orang-orang Nashrani.
Catatan:
Pertama: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin menyatakan bahwa pernyataan tempatnya di Bait lahm adalah berita dari Ahli Kitab. Lihat tahqiq Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:218.
Kedua: Bolehkah berdoa meminta mati?
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Banyak hadits menunjukkan larangan berangan-angan untuk mati kecuali ketika menghadapi cobaan yang berat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:219)
“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari, no. 6351 dan Muslim, no. 2680)
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ya Allah, dengan ilmu ghaib-Mu dan kekuasaanmu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa kehidupan itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik untukku…” (HR. Ahmad, 4:264. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Maryam puasa bicara
Jibril kemudian memanggil Maryam dari tempat yang rendah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam: 24).
Kemudian Maryam disuruh untuk meraih pangkal kurma ke arahnya. Mujahid berkata bahwa pohon tersebut adalah kurma ‘Ajwah. Dalam ayat disebutkan,
“Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini’.” (QS. Maryam: 26). Shaum (puasa) yang dimaksudkan Maryam—menurut Anas bin Malik—adalah diam. Karena dahulu dalam syariat mereka, namanya shaum (puasa) adalah tidak makan dan tidak berbicara.
Komentar kaumnya yang melihat Maryam dengan putranya
Kaumnya komentar saat melihat Maryam dengan putranya Isa,
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (QS. Maryam: 27)
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).
Yang dimaksud “wahai saudara perempuan Harun” adalah Harun saudara Musa. Karena Maryam berasal dari keturunan Harun. Ada juga pendapat lain yang mengatakan Harun di sini adalah laki-laki saleh karena sifat Maryam sama dengannya yaitu zuhud dan rajin ibadah. Lihat berbagai pendapat dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:223-224.
Sedangkan Syaikh As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 517) menyatakan bahwa saudara Maryam ada yang bernama Harun, dan orang-orang dulu sudah terbiasa memakai nama para nabi. Dan tidak mungkin yang dimaksud adalah Harun saudaranya Musa karena antara mereka melewati kurun waktu yang panjang.
Maryam ketika dituduh telah berzina karena ia sedang puasa dari berbicara, maka ia cukup berisyarat pada putranya Isa. Dalam ayat disebutkan,
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)
Adapun maksud ayat “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” adalah Isa melakukan amar makruf nahi mungkar di mana saja ia berada.
“Tidaklah engkau dapati seseorang durhaka pada kedua orang tuanya melainkan engkau dapati ia adalah orang sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah, ‘dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Qatadah berkata, telah diceritakan kepada kami bahwa seorang wanita pernah melihat Isa bin Maryam mampu menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda yang diberikan dan diizinkan oleh Allah. Wanita itu berkata, “Beruntunglah perut yang mengandungmu dan tetek yang menyusuimu.” Lalu ‘Isa menjawab, “Beruntunglah bagi orang yang membaca kitab Allah lalu mengikuti isinya dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, perawinya tsiqqah namun haditsnya mursal. Hadits ini bisa diyakinkan berasal dari hadits marfu’. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Jawaban Nabi Isa, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”, menunjukkan ikrar Isa bahwa ia adalah hamba Allah, ia dihidupkan, ia dimatikan, ia dibangkitkan seperti makhluk lainnya. Akan tetapi, Nabi Isa memperoleh keselamatan di saat kondisi mencekam menyelimuti hamba-hamba lainnya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Baca Juga: Wafatnya Khadijah dan Mulainya Rasulullah Berpoligami
Referensi:
Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi Penerbit Maktabah Makkah.
Berjuta-juta jiwa telah melalang buana, mencari kebahagiaan di pucuk-pucuk dunia. Membuang harta, merebut tahta dan berburu meraih kesenangan yang akan sirna. Namun kiranya mereka lupa, kebahagiaan itu berada di dalam dada...
Pusatnya kebahagiaan itu terletak pada hati, dan apabila dia telah dipenuhi oleh cahaya keimanan sesuai petunjuk Allah dan Rasul ﷺ, maka seseorang itu pasti akan berbahagia di dunia dan di akhirat...
Imam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata :
وإذا حصل مع التوحيد الإستغفار حصَل للعبد غِناه وسعادته وزال عنه ما يُعذّبه
"Jika tauhid dan istighfar terwujud, maka seorang hamba akan mendapatkan dari kekayaannya dan kebahagiaannya, serta akan hilang darinya segala perkara yang menyiksanya" (Majmuu'ul Fataawa I/56)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
السعادة بثلاث شكر النعمة والصبر على البلاء والتوبة من الذنب
"Kebahagiaan akan terwujud dengan tiga perkara, yaitu mensyukuri nikmat, sabar dalam menghadapi ujian, dan taubat dari dosa" (Al-Waabil ash-Shoyyib 11)
Ketika seseorang senantiasa mengingat Allah, hatinya lembut, mudah melakukan ketaatan, & perbuatannya sesuai dengan Sunnah Nabi ﷺ, mampu berakhlak yang mulia dll, maka itulah diantara tanda2 kebahagiaan yang hakiki...
Selama tujuan hidupnya semata-mata untuk Allah, dan hidup pun untuk meraih keridhaan-Nya, maka kebahagiaan tidak akan pernah meninggalkan diri, dan rasa kegelisahan tak akan menemani, dan hal itu akan dirasakan & disaksikan sendiri...
Dialah yang selalu memiliki 1000 alasan untuk menemukan kekurangan kita, dialah yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari kejelekan kita, dan dialah yang telah menghabiskan sisa usianya dengan menceritakan aib kita.
Tidak perlulah kita sakit hati dengannya, akui saja jika memang kita ini manusia yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan. Bahkan coba jika kita renungkan, aib yang nampak dan dibuka oleh mereka itu masih jauh lebih sedikit, dibandingkan dengan aib-aib yang telah Allah tutupi selama ini.
Jika sudah begitu, kita tidak akan lagi merasa sakit hati kepada si pembenci, apalagi hingga terlintas untuk membalas, dengan membuka aib yang kita ketahui ada padanya.
Ketahuilah, sesungguhnya pembencimu adalah dia, yang selalu memiliki waktu untuk memperhatikan segala tingkah laku kita, dialah yang mampu mengoreksi hasil kinerja kita. Meski dengan cara pandang yang berbeda.
Tidak ada sosok yang paling berilmu, paling bertakwa, paling mendapat petunjuk, melebihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan tetapi beliau selalu berdoa,
[ 📚 HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ]
Hidayah yaitu petunjuk berupa ilmu dan tawfiq. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memohon kepada Allah agar ditambahkan ilmu serta tawfiq yakni petunjuk untuk mengamalkan ilmunya.
Hakikat takwa sebagaimana yang dikatakan Thalq bin Habib (ulama generasi tabiin) yaitu amalan ketaatan kepada Allah di atas cahaya Allah dan mengharap pahala Allah, serta meninggalkan kedurhakaan kepada Allah di atas cahaya Allah dan takut dari azab Allah.
Takwa juga tidak menganggap diri lebih baik dari orang lain sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Umar.
Keterjagaan yaitu dari segala perkara yang tidak diizinkan oleh syariat dan menahan diri darinya.
(Syarh Shahih Muslim 17/63)
Hati yang kaya berupa qanaah yaitu ridha atas pemberian Allah, selalu merasa cukup, kaya jiwa dan lapang dada.
Selama hayat masih dikandung badan setiap kita butuh kepada hidayah Allah dan tawfiq dari-Nya karena tidak ada seorangpun yang dapat menjamin dirinya istiqamah di atas ilmu dan takwa.
SELAGI MASIH ADA KESEMPATAN PERBANYAKLAH BERBUAT KEBAIKAN
🎙Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin رحمه الله تعالئ berkata,
ما من ميت يموت إلا ندم، إن كان محسنا ندم ألا يكون ازداد، وإن كان مسيئا ندم ألا يكون استعتب أنقذ نفسك ما دمت في زمن الإمهال، كل شيء بيديك الآن، إن كنت ظالما لأحد تستطيع أن تستحله من مظلمته أو تردها عليه، إن كنت مسرفا على نفسك في ما بينك وبين ربك يمكنك أن تنقذ نفسك من هذا الإسراف فحاسب نفسك أيها الأخ.
“Tidaklah setiap orang yang meninggal melainkan dia akan menyesal. Jika dia orang yang selalu berbuat kebaikan, ia akan menyesali kenapa tidak menambah amal shalihnya. Jika ia orang yang selalu berbuat kejelekan, ia akan menyesali kenapa dahulu tidak mengambil pelajaran. Maka selamatkan dirimu selama engkau masih diberi kesempatan, saat ini semuanya ada di tanganmu..
Jikalau engkau pernah berbuat zalim terhadap seseorang, maka engkau dapat meminta kerelaan dari kezaliman tersebut atau mengembalikan haknya..
Jikalau engkau orang yang melampaui batas terhadap dirimu terhadap perkara yang dilakukan antara dirimu dan Rab-mu, maka engkau dapat menyelamatkan dirimu dari hal ini (dengan bertaubat). Maka segeralah introspeksi dirimu wahai saudaraku!".
Syaikh Al-'Allamah Abdul Aziz bin Baz mengingatkan,
فأنت بحاجة إلى الهداية لو كنت أتقى الناس ولو كنت أعلم الناس أنت بحاجة إلى الهداية حتى تموت
"Sungguh engkau sangat membutuhkan hidayah Allah sekalipun engkau orang yang paling berilmu dan paling bertakwa, engkau tetap membutuhkan hidayah Allah hingga ajalmu tiba."
“*Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” *
📖(QS. Al-Mumtahah: 8)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan,
“Allah tidak melarang kalian untuk
▫️berbuat baik,
▫️menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan ,
▫️ berbuat adil kepada orang-orang musyrik,
▫️baik dari keluarga kalian dan orang lain.
Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian.
Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad, 1:293. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Wanita terbaik yang pernah ada ialah Maryam putri Imran dan Khadijah.” (HR. Bukhari, no. 3432 dan Muslim, no. 2430). Makna yang paling nampak antara Maryam dan Khadijah adalah wanita terbaik di masanya masing-masing. Demikianlah disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 15:176.
Dari Abu Musa radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Lelaki yang sempurna jumlahnya banyak. Dan tidak ada wanita yang sempurna selain Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun. Dan keutamaan Aisyah dibandingkan wanita lainnya, sebagaimana keutamaan ats-Tsarid dibandingkan makanan lainnya.” (HR. Bukhari, no. 5418 dan Muslim, no. 2431).
■ MENGENAL KELUARGA IMRAN
Keluarga Imran adalah keluarga mulia dalam kurun sejarah. Allah memilih mereka dibanding keluarga lainnya adalah tanda nyata keagungan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran: 33-34)
Keluarga Imran dinisbatkan kepada seseorang yang bernama Imran bin Matsan bin Al-Azar bin Al-Yud… bin Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam. Nasabnya tersambung hingga ke Nabi Daud ‘alaihis salam. Dalam bahasa Ibrani, Imran disebut dengan Imram. Dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim.
Keluarga Imran adalah turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari turunan Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa kurun lamanya.
■ ANGGOTA KELUARGA IMRAN
Istri Imran bernama Hannah binti Faquda. Ada juga yang menyebut Qa’uda bin Qubaila. Hannah adalah seorang wanita yang tekun beribadah. Sebagaimana kisahnya dalam Alquran,
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35).
■ ANAK-ANAK IMRAN
Pertama: Asy-ya’
Asy-ya’ adalah putri sulung Imran. Ia dinikahi oleh Nabi Zakariya ‘alaihis salam. Dan merupakan ibu dari Nabi Yahya ‘alaihis salam. Ada juga mengatakan ia adalah bibinya Maryam, bukan saudara perempuannya.
Kedua: Maryam
Maryam adalah wanita ahli ibadah dan suci. Ia merupakan ibu dari kalimat Allah, Nabi Isa ‘alaihis salam. Putri Imran yang satu ini adalah wanita terbaik dan tersempurna.
Ada juga saudara Maryam yang bernama Harun nanti akan diterangkan.
■ SIFAT MARYAM DALAM SURAH AT-TAHRIM
Dalam ayat terakhir dari surah At-Tahrim disebutkan,
Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)
Ia adalah wanita terhormat yang menjaga dirinya dari zina karena kesempurnaan agama dan penjagaan dirinya (‘iffah). Karenanya Allah katakan, “maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami.”
Maryam disifati dengan dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, menunjukkan Maryam memiliki ilmu dan makrifah. Karena membenarkan kalimat Rabb-Nya menunjukkan Maryam membenarkan semua ajaran diin dan membenarkan setiap takdir Allah. Sedangkan membenarkan kitab-kitab-Nya berarti ia mengenal kitab-Nya. Ini semua didapati dengan berilmu dan beramal.
Oleh karena itu Maryam disebut termasuk orang-orang yang taat yaitu al-qaanitin. Maksudnya adalah Maryam itu taat kepada Allah, terus menerus dalam ketaatan dengan penuh rasa takut dan kekhusyuan. Maka kesimpulannya Maryam itu adalah Shiddiqiyyah yaitu wanita yang sempurna dalam ilmu dan amal.
Maryam dikatakan termasuk qaanitiin, menurut Syaikh Musthafa Al-‘Adawi dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a (hlm. 383), yang dimaksud adalah Maryam termasuk dari kaum yang qaanitin (yang taat). Ayat ini untuk menyanggah perkataan kaumnya yang menyatakan,
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).
■ KISAH MARYAM MENJAGA DIRI DARI LAKI-LAKI
Berikut keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (juz kelima).
Ketika Allah telah menceritakan kisah Zakariya ‘alaihis salam, bahwa di saat kondiri masa tuanya dan kemandulan istrinya, dia diberi oleh Allah seorang anak yang pandai, suci, dan berkah. Lalu Allah menyambung firman-Nya dengan kisah Maryam yang diberikan seorang putra, yaitu ‘Isa tanpa ayah. Karena di antara kedua kisah tersebut memiliki kesesuaian dan kesamaan. Untuk itu, cerita keduanya diseiringkan (dalam surah Ali Imran, surah Maryam, dan surah Al-Anbiyaa’) karena kedekatan antara keduanya dalam pengertian, agar menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan dan keagungan kerajaan-Nya serta Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yang dimaksud di sini adalah Maryam binti ‘Imran, dari keturunan Daud ‘alaihis salam. Beliau berada di antara keluarga suci dan baik pada kaum Bani Israil.
Sesungguhnya Allah menyebutkan kisah kelahiran Maryam dari ibunya di surah Ali ‘Imran. Sang ibu menadzarkannya sebagai muharrarah, yaitu orang yang berkhidmat di Masjid Baitul Maqdis. Di mana dahulu mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan cara demikian. Dalam ayat disebutkan,
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik.” (QS. Ali Imran: 37)
Maryam tumbuh di kalangan Bani Israil dengan terhormat. Maryam adalah salah seorang wanita ahli ibadah, yang tekun ibadah lagi terkenal dan beliau adalah seorang gadis muda yang tidak bersuami. Beliau berada di dalam pemeliharaan suami saudaranya yaitu Zakariya, salah seorang Nabi dari Bani Israil serta pembesar yang dijadikan tempat bertanya dalam masalah agama. Zakariya melihat bahwa Maryam memiliki karamah yang melimpah.
Dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini? Maryam menjawab: Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.” (QS. Ali Imran: 37)
Diceritakan bahwa Zakariya mendapati di sisi Maryam buah-buahan musim dingin di saat musim panas, dan menemukan buah-buahan musim panas di saat musim dingin. Sebagaimana telah dijelaskan di dalam surah Ali ‘Imran. Allah yang memiliki hikmah dan dalil yang nyata menciptakan hamba dan Rasul-Nya, Isa, salah seorang Rasul agung, ‘Ulul Azmi yang lima. Dalam ayat ini Allah menerangkan,
Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur.” (QS. Maryam: 16). Yaitu Maryam mengasingkan dan menjauhkan diri dari mereka serta pergi ke arah timur masjid Baitul Maqdis. Mereka orang-orang Nasrani menjadikan tempat lahirnya Isa sebagai kiblat.
Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17). Yaitu Maryam menutup diri dari mereka, lalu Allah mengutus Jibril kepada Maryam, datang dalam bentuk manusia sempurna.
Lalu apa yang dilakukan oleh Maryam? Lihat lanjutan ayat,
Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa’.” (QS. Maryam: 18). Maryam cuma mengira kalau nantinya malaikat tersebut mengganggu dirinya.
Ketika membaca kisah Maryam ini, Abu Wail berkata,
Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’” (QS. Maryam: 20). Al-baghyu dalam ayat maksudnya adalah pezina. Oleh karena itu dalam hadits disebutkan larangan untuk mahar al-baghyu (upah pelacur).
Jibril berkata: ‘Demikianlah’. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’” (QS. Maryam: 21)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Allah Ta’ala menciptakan nenek moyang mereka, yaitu Adam tanpa ayah dan ibu. Allah menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa wanita. Lalu Allah menciptakan seluruh keturunannya dari laki-laki dan wanita, kecuali Isa alaihis salam yang diciptakan dari wanita tanpa laki-laki. Dengan demikian, lengkaplah empat cara adanya keturunan yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah dan keagungan kewenangan Allah. Tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan tidak ada Rabb selain-Nya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:216)
■ KEADAAN MARYAM KETIKA MELAHIRKAN ISA
Menurut pendapat yang masyhur dari jumhur (mayoritas) ulama, Maryam itu hamil sembilan bulan seperti umumnya wanita. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 217.
Tentang kehamilan Maryam disebutkan dalam ayat,
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS. Maryam: 22). Jibril meniupkan ruh di lengan bajunya, yang kemudian ruh itu turun hingga mengalir ke farji, sehingga ia mengandung anak dengan izin Allah Ta’ala. Ketika ia hamil, ia merasa kesulitan, tidak tahu apa yang harus dikatakan pada orang-orang. Karena orang-orang pasti tidak akan percaya ceritanya padahal ia bercerita dengan jujur. Maryam lalu ingin menceritakan perihal dirinya pada saudara perempuannya (istri Nabi Zakariya). Ketika bertemu saudaranya, ia pun hamil. Kemudian saudaranya melihat bahwa bayi dalam perutnya menghormati dan tunduk pada bayi yang ada dalam perut Maryam. Di mana syariat sebelum Islam untuk menghormati disyariatkan untuk sujud ketika mengucapkan salam. Namun dalam syariat kita hal seperti ini sudah terlarang, hanya boleh dilakukan pada Allah Ta’ala untuk mengagungkan Allah.
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan“.” (QS. Maryam: 23). Tempat lahirnya Isa ini adalah di Bait lahm (Betlehem). Banyak yang mengakui demikian, termasuk pula orang-orang Nashrani.
Catatan:
Pertama: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin menyatakan bahwa pernyataan tempatnya di Bait lahm adalah berita dari Ahli Kitab. Lihat tahqiq Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:218.
Kedua: Bolehkah berdoa meminta mati?
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Banyak hadits menunjukkan larangan berangan-angan untuk mati kecuali ketika menghadapi cobaan yang berat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:219)
Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari, no. 6351 dan Muslim, no. 2680)
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ya Allah, dengan ilmu ghaib-Mu dan kekuasaanmu atas seluruh makhluk, hidupkanlah aku jika Engkau mengetahui bahwa kehidupan itu lebih baik untukku, dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik untukku…” (HR. Ahmad, 4:264. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
■ MARYAM PUASA BICARA
Jibril kemudian memanggil Maryam dari tempat yang rendah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.” (QS. Maryam: 24).
Kemudian Maryam disuruh untuk meraih pangkal kurma ke arahnya. Mujahid berkata bahwa pohon tersebut adalah kurma ‘Ajwah. Dalam ayat disebutkan,
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini’.” (QS. Maryam: 26). Shaum (puasa) yang dimaksudkan Maryam—menurut Anas bin Malik—adalah diam. Karena dahulu dalam syariat mereka, namanya shaum (puasa) adalah tidak makan dan tidak berbicara.
■ KOMENTAR KAUMNYA YANG MELIHAT MARYAM DENGAN PUTRANYA
Kaumnya komentar saat melihat Maryam dengan putranya Isa,
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.” (QS. Maryam: 27)
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina.” (QS. Maryam: 28).
Yang dimaksud wahai saudara perempuan Harun adalah Harun saudara Musa. Karena Maryam berasal dari keturunan Harun. Ada juga pendapat lain yang mengatakan Harun di sini adalah laki-laki saleh karena sifat Maryam sama dengannya yaitu zuhud dan rajin ibadah. Lihat berbagai pendapat dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:223-224.
Sedangkan Syaikh As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 517) menyatakan bahwa saudara Maryam ada yang bernama Harun, dan orang-orang dulu sudah terbiasa memakai nama para nabi. Dan tidak mungkin yang dimaksud adalah Harun saudaranya Musa karena antara mereka melewati kurun waktu yang panjang.
Maryam ketika dituduh telah berzina karena ia sedang puasa dari berbicara, maka ia cukup berisyarat pada putranya Isa. Dalam ayat disebutkan,
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)
Adapun maksud ayat dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada” adalah Isa melakukan amar makruf nahi mungkar di mana saja ia berada.
Tidaklah engkau dapati seseorang durhaka pada kedua orang tuanya melainkan engkau dapati ia adalah orang sombong lagi celaka. Kemudian ia membacakan firman Allah, ‘dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka’.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Qatadah berkata, telah diceritakan kepada kami bahwa seorang wanita pernah melihat Isa bin Maryam mampu menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda yang diberikan dan diizinkan oleh Allah. Wanita itu berkata, Beruntunglah perut yang mengandungmu dan tetek yang menyusuimu.” Lalu ‘Isa menjawab, “Beruntunglah bagi orang yang membaca kitab Allah lalu mengikuti isinya dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, perawinya tsiqqah namun haditsnya mursal. Hadits ini bisa diyakinkan berasal dari hadits marfu’. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Jawaban Nabi Isa, Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”, menunjukkan ikrar Isa bahwa ia adalah hamba Allah, ia dihidupkan, ia dimatikan, ia dibangkitkan seperti makhluk lainnya. Akan tetapi, Nabi Isa memperoleh keselamatan di saat kondisi mencekam menyelimuti hamba-hamba lainnya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:226)
Referensi:
1. Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
2. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
3. At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil Juz’u Qad Sami’a. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi Penerbit Maktabah Makkah.